Agus Widodo, Pembudi Daya Maggot Asal Pamekasan, Dapat Cuan dari Sampah

News183 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | Persoalan sampah kerap menjadi momok menakutkan, sebab berimbas pada lingkungan yang tercemar dan menjadi kumuh, salah satunya di Kabupaten Pamekasan. Dari fenomena itu, rupanya menjadi inspirasi bagi Agus Widodo. Untuk mengurangi sampah di lingkungannya, Agus membudi daya maggot, yang tujuannya mereduksi sampah organik untuk bisa dimanfaatkan lagi.

SAFIR NUR LAILY, PAMEKASAN 

Banner Iklan

Budi daya maggot di Pamekasan memang masih terbilang minim. Namun siapa sangka, budi daya yang berbahan dasar dari sampah organik itu memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan. Maggot bisa dijadikan sebagai pakan ternak lele ataupun lainnya, yang cukup murah dan efektif. 

Untuk itu, Agus yang merupakan warga Kelurahan Kanginan, Kecamatan Kota itu berinisiatif untuk membudi dayakan maggot di daerahnya. Keterlibatannya sebagai pengelola sampah di Pasar Kolpajung sejak tahun 2011 silam, membuat ia memiliki ide kreatif untuk membudi dayakan maggot dari sampah-sampah tersebut. 

Baca Juga:  Karhutla Mulai Mengancam, BPBD Tunggu Laporan

Dia mulai membudi daya maggot pada tahun 2019. Di tahun-tahun sebelumnya, ia fokus mempelajari bagaimana tata cara pengelolaan sampah organik dalam proses realisasi budi daya maggot. 

“Sampah organik itu cenderung dianggap tidak memiliki nilai jual. Makanya, sering diabaikan oleh pemulung ataupun lainnya. Padahal, selain bisa diolah menjadi kompos atau pupuk, sampah itu bisa membudi dayakan maggot yang bisa meraup penghasilan,” terangnya. 

Agus menuturkan, membutuhkan satu ton sampah organik untuk menghasilkan 1 hingga 2 kwintal maggot. Sayangnya, ketersediaan sampah organik itu masih cukup sulit untuk dia dapatkan. Karenanya, berpengaruh terhadap capaian produksi budi daya maggotnya. Agus juga menuturkan, limbah bekas maggot tersebut bisa kemudian diolah menjadi pupuk pertanian, atau lainnya. 

“Per kilonya kita banderol Rp8 ribu. Tinggal dikalikan saja, 1 kwintal atau 100 kilogram kali Rp8 ribu. Itu perharinya. Belum lagi hasil dari kasgot atau limbah bekas maggotnya itu, bisa juga diolah sebagai pupuk pertanian,” terangnya. 

Baca Juga:  Peringatan HUT Bhayangkara ke-78, AJP Titip Nilai Kritis Tetap Dijaga

Kendati suadah mampu membudi daya maggot, Agus masih terheran-heran. Sebab dengan kondisi sampah di Pamekasan yang memprihatinkan, namun pasokan sampah organik untuk membudi daya maggot masih sulit didapatkannya.

“Bingung juga, persoalan sampah di Pamekasan tidak pernah selesai. Tapi faktanya, untuk budi daya maggot ini, kita kekurangan pasokan sampah organik. Sampahnya kita kumpulkan dari pasar-pasar, rumah makan, dan tempat lainnya,” terangnya, Senin (24/7/2023). 

Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 Kabupaten Pamekasan berada di posisi kelima dari 10 kabupaten/kota di Jawa Timur sebagai penghasil sampah terbanyak (menghasilkan 100.957,25 ton per tahun: Databoks.katadata). 

Redaktur: Moh. Hasanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *