KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) menggelar silaturahim dan halal bihalal bersama sejumlah tokoh nasional putra Madura, Sabtu (27/5/2023). Pada kesempatan itu, BASSRA memunculkan empat gagasan penting untuk mewujudkan kemajuan dan perdamaian di Madura.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) BASSRA KH. Syafik Rofii, dalam sambutannya, menyampaikan terdapat empat poin yang perlu disampaikan kepada para putra Madura yang saat ini memiliki posisi strategis di tingkat nasional.
Keempat poin gagasan itu yang disampaikan KH. Syafik di hadapan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) RI, Mahfud MD, Ketua III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Achsanul Qosasi, yakni tentang ekonomi, sumber daya alam (SDA), politik hingga sosial masyarakat.
Dari empat gagasan yang dimunculkan, BASSRA fokus menyikapi Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan pada pasal 154 dan pasal 156. Di mana, pasal tersebut menyamakan tembakau dengan zat adiktif. Hal itu, dinilai BASSRA, akan mengancam perekonomian dua juta lebih masyarakat di Madura.
Syafik mengungkapkan, BASSRA secara khusus meminta pemerintah pusat untuk meninjau ulang RUU Kesehatan, karena dikhawatirkan akan mempersempit industri hasil olahan tembakau, khususnya di Madura.
Pihaknya menilai, efek domino yang disebabkan RUU Kesehatan itu terhadap perekonomian masyarakat sangatlah besar. Apalagi, lebih dari dua juta warga Madura yang perekonomiannya bergantung pada hasil pertanian tembakau.
“Jika RUU Kesehatan yang menyetarakan rokok atau tembakau dengan zat adiktif ini diresmikan, maka nasib perekonomian dua juta lebih masyarakat Madura yang bergantung pada tembakau ini terancam,” ungkapnya, Sabtu (27/5/2023).
Selain persoalan RUU Kesehatan, BASSRA turut menyampaikan tiga gagasan lainnya pada forum yang juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, Pangdam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, Sekjen Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fata, serta tokoh dan bupati Madura itu.
Di antaranya, tentang momentum Politik 2024 mendatang. BASSRA mengajak semua elemen masyarakat di Madura, untuk menjaga kondusivitas menghadapi Pemilu 2024 mendatang.
BASSRA mengajak seluruh pihak untuk saling menghormati perbedaan pandangan, dukungan dan pilihan politik. Hal itu tentu bertujuan agar Pemilu 2024 bisa melahirkan pemimpin yang amanah, siddiq, dan fathonah sesuai tuntunan syariat dan Undang–Undang Dasar 1945.
“Kami mengajak masyarakat Madura menjaga kondusivitas Pemilu 2024,” ajaknya kepada seluruh undangan yang hadir pada acara yang dipusatkan di gedung P4TM, Blumbungan, Pamekasan tersebut.
Tidak lupa, BASSRA juga mengajak seluruh tokoh Madura yang saat ini memiliki posisi strategis, untuk saling bahu membahu mengangkat potensi Madura, baik dari sumber daya alam (SDA), seperti garam, tembakau, minyak dan gas, dan potensi alam lainnya.
BASSRA berharap potensi SDA yang dimiliki Madura di empat kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, bisa dikelola secara maksimal oleh masing-masing pemerintah dan bersinergi dengan pengusaha lokal.
“Sinergi dari pemerintah dan pengusaha lokal yang didukung oleh para tokoh Madura akan mewujudkan terciptanya pembangunan Madura yang berkualitas, serta bermanfaat bagi masyarakat Madura,” tegasnya.
Ketua Panitia Silaturahim dan Halal Bihalal BASSRA H. Khairul Umam menyampaikan, sejauh ini BASSRA menjadi salah satu perkumpulan ulama di Madura yang sangat peduli terhadap kemajuan dan pertumbuhan ekonomi warga Madura, khususnya petani tembakau.
Salah satu bentuk kepedulian ulama Madura yang saat ini dirasakan oleh masyarakat petani, yakni dengan mendorong terbentuknya Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau se-Madura (P4TM).
Pria yang juga ketua P4TM itu menyampaikan, melalui wadah P4TM, dirinya bersama seluruh pedagang tembakau swasta terus berkomitmen berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya petani tembakau.
“Kepedulian dan kecintaan ulama BASSRA kepada masyarakat Madura, khususnya para petani sangat luar biasa, ini yang membuat kita para pengusaha terus bersemangat untuk memperjuangkan kesejahteraan petani,” terang pria yang karib disapa Haji Her itu.
Sejumlah gagasan yang disampaikan BASSRA mendapat respon positif dari Menkopolhukam RI Mahfud MD. Menurutnya, semangat dan visi yang dibangun BASSRA dengan slogan “Membangun Madura, Bukan Membangun di Madura”, perlu didukung seluruh tokoh nasional dari Madura.
Menurut Mahfud, sedari awal berdiri, BASSRA sudah intens berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan di pusat, bahkan pada tahun 90-an, BASSRA secara khusus mendatangi Presiden RI Joko Widodo untuk merekomendasikan tiga model pembangunan Madura untuk Indonesia.
Di mana, lanjut Mahfud, ketiga model itu, yakni, islami, kedua penuh nilai-nilai kebangsaan Indonesia dan ketiga, menjaga kearifan lokal Madura. BASSRA meyakini, jika tiga model pembangunan ini dilakukan, maka Madura akan maju dan sejahtera.
“Putra Madura ada di mana-mana, mari kita bangun negara ini dengan sumber daya alam yang ada, untuk membangun Indonesia,” ajaknya.
Untuk diketahui, BASSRA merupakan perkumpulan ulama pertama di Madura yang lahir pada era tahun 90-an oleh para ulama pesantren kharismatik di zamannya.
Sebagaimana tujuan awal yang mengusung misi “Membangun Madura bukan Membangun di Madura”, BASSRA saat ini dinakhodai oleh ulama kharismatik Madura, dengan Koordinator BASSRA Pusat, KH. Muhammad Rofii Baidhowi (pusat) dan KH. Mudatssir Badruddin.
Kemudian, Koordinator Wilayah Bangkalan sekaligus Sekjen BASSRA Pusat, KH. Syafi’ Rofii, KH. Makki Nasir, KH. Imam Bukhori. Koordinator Sampang, KH. Mahrus Malik, KH. Syafi’ Wahid, Koordinator Sumenep, KH. Ahmad Fauzi Tidjani,dan KH. M Sholahuddin Abd. Waris.
Pewarta: Miftahul Arifin
Redaktur: Wawan A. Husna