KABARMADURA.ID | Pengembangan intelektual dibutuhkan wadah yang tepat dan memiliki supervisi yang jelas. Dengan begitu, hasil yang diperoleh akan tampak lebih nyata manfaatnya. Belajar Bicara salah satunya. Komunitas yang fokus pada pengembangan kemampuan bicara seseorang itu menjadi wadah bagi setiap kalangan individu untuk mengasah kemampuan public speaking-nya.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Founder Belajar Bicara Lia FQ mengatakan, inisiatif didirikannya komunitas tersebut muncul atas keresahan yang dialaminya. Menurut presenter di salah satu televisi nasional itu, di Madura tidak ada wadah khusus untuk mengasah kemampuan berbicara seseorang. Selama ini, dia mengaku harus pergi ke luar daerah untuk menimba ilmu public speaking.
Niat ingin mempermudah akses generasi muda dalam mengasah kemampuan berbicaranya di depan umum, ia akhirnya mendirikan Belajar Bicara. Wadah belajar bicara gratis bagi semua kalangan.
Lia mengungkapkan, keresahan itu muncul sejak tahun 2019 silam. Namun saat itu, ia tidak berani mendirikan Belajar Bicara sebab takut tidak ada peminat. Puncaknya, pada tahun 2033. Alumnus IAIN Madura itu akhirnya memutuskan dan memberanikan diri untuk mendirikan Belajar Bicara.
“Seseorang memang bisa belajar secara otodidak melalui beberapa platform. Tapi, pendekatan dan hasil yang dirasakan oleh masing-masing individu pasti beda. Dalam berbicara yang baik di depan publik butuh mentor, ” ulasnya.
Ia mengungkapkan, istilah public speaking di wilayahnya masih terbilang tabu. Sebab, public speaking hanya didefinisikan sebagai pembawa acara. Padahal, kata Lia, public speaking tidak hanya itu. Yakni meliputi tatacara cara bicara yang baik di depan umum, interaksi dengan audiens, tata cara berpenampilan, tata cara mengatur napas, dan lain sebagainya.
Nantinya, lanjut Lia, adanya komunitas yang baru berdiri sejak Mei 2023 itu diharapkan melahirkan public speaker yang baik di seluruh kabupaten yang ada di Madura. Saat ini, pihaknya fokus menyasar lembaga-lembaga pendidikan sebagai sasaran utamanya dalam mensosialisasikan keberadaan komunitas Belajar Bicara tersebut.
Selama dua bulan melakukan pelatihan, sudah ada 50 peserta yang bergabung dalam pelatihan tersebut. Pendekatan yang dilakukan selama pelatihan beragam, mulai dari penyampaian materi hingga praktik kepada masing-masing peserta.
“Kita masih baru, jadi masih banyak keraguan dari orang-orang terkait muara dari komunitas ini. Alhamdulillahnya, selama dua bulan ini, mereka yang intens ikut pelatihan, sudah ada perubahan. Dari yang awalnya malu untuk bicara, sudah mulai berani. Begitupun dengan gramatika bahasa yang digunakan,” terang perempuan berkacamata itu.
Redaktur: Moh. Hasanuddin