KABARMADURA.ID | “Apa yang menjadi takdir saya tidak akan pernah melewatkan saya. Dan yang melewatkan saya tidak akan pernah menjadi takdir saya.” Kata-kata itu menjadi prinsip hidup bagi Happy Frisky Perdana, pria asal Kecamatan Pademawu yang lolos seleksi CPNS KemenkumHAM di usia muda. Waktu itu, dirinya masih berumur 18 tahun ketika mendaftar CPNS pada tahun 2017.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Tahun 2017 menjadi momentum bersejarah bagi laki-laki yang akrab disapa Happy itu. Pasalnya saat itu resmi lolos sebagai PNS KemenkumHAM dan langsung ditugaskan di Sidoarjo.
Jauh dari keluarga menjadi tantangan tersendiri baginya. Namun, dia menjalani tugasnya tersebut dengan penuh tanggung jawab. Sebelumnya, dia hanya membayangkan menjadi bekerja di bidang yang berhubungan dengan bahasa Inggris, baik menjadi guru ataupun tour guide. Sebab, dia sendiri memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup mumpuni.
“Daftar CPNS KemenkumHAM itu awalnya diajak teman. Awalnya saya tidak tahu tentang KemenkumHAM secara detail. Yang saya tahu cuman lapas,” ungkapnya.
Melalui kesuksesannya, Happy membuktikan bahwa karir seseorang tidak ditentukan dengan kekuatan uang dan adanya relasi yang kuat dengan pihak terkait. Pasalnya, diakui Happy, saat mendaftar CPNS tersebut dirinya tidak mengandalkan orang dalam atau penyuapan kepada orang-orang tertentu. Dia hanya mengandalkan sertifikat-sertifikat penghargaan yang dimilikinya.
“Selebihnya adalah keberuntungan. Orang tua saya aja baru percaya ketika saya dilantik.” kata Happy.
Pada tahun 2021 akhirnya dia dipindahtugaskan ke Pamekasan. Rasa senang dan bahagia tentu dirasakan saat itu. Akan tetapi, lima bulan setelah dipindah ke Pamekasan, dia harus mengalami kesedihan yang mendalam, yakni ketika sang ibu meninggal.
Di luar ekspektasi, begitu kata Happy ketika diwawancara. Pasalnya, dalam benaknya dia bisa menuntaskan rindunya kepada sang ibu. Kendati demikian, Happy bisa menerima dengan lapang dada.
Pria yang saat ini sebagai staf Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Bimkeswat) Lapas Pamekasan itu mengaku, tantangan terbesar dalam hidupnya adalah ketika harus memilih antara urusan keluarga dan kantor. Selama ini, dirinya harus bisa memilih dengan bijak mana yang menjadi prioritas dan kewajiban.
Redaktur: Muhammad Aufal Fresky