KABARMADURA.ID | SUMENEP-Upaya pencegahan stunting oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep mendapat apresiasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Apresiasi itu disampaikan Kepala BKKBN Hasto Hardoyo ketika melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Sumenep, Selasa (13/9/2022).
Bupati Sumenep Achmad Fauzi mengatakan, di kabupaten paling timur Pulau Madura ini kasus stunting masih mencapai sekitar 29 persen dari 60 ribu balita. Angka ini akan terus ditekan melalui program yang sudah dijalankan.
“Program pencegahan stunting kami libatkan semua pihak, tidak adanya dari lembaga kesehatan, namun TNI, Polri dan tokoh masyarakat. Kami ada Program Gerakan Eliminasi TBC dan dan Tuntaskan Stunting (GETTS),” ucap suami Nia Kurnia Fauzi itu, Selasa (13/9/2022).
Menurut Fauzi, penanganan stunting saat ini sangat penting. Sebab yang dilakukan sekarang sebagai penguatan generasi bangsa 20 tahun ke depan. Karena jika tidak diselesaikan, ada dampak yang bisa ditimbulkan.
“Dampak dari stunting ini apa, tentu berpengaruh kepada IPM kita, angka kemiskinan dan angka pengangguran. Karena stunting bukan hanya tinggi badan yang tidak ideal namun ini juga berkaitan dengan gizi,” paparnya.
Dalam kegiatan pencegahan stunting melalui pelayanan KB ini juga dihadiri Sekretaris Daerah Sumenep Edy Rasiyadi, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Pendudukan dan KB Agus Mulyono, jajaran BKKBN Provinsi Jawa Timur dan para tenaga kesehatan.
Kepala BKKBN Pusat Hasto Hardoyo menyampaikan arahan kepada Pemkab Sumenep berkenaan pencegahan stunting melalui pelayanan KB dengan bertempat di Pendopo Kantor Kecamatan Kota Sumenep.
Dalam arahannya, Hasto Hardoyo menyampaikan, pencegahan stunting memang tengah menjadi fokus pemerintah pusat, sehingga di daerah perlu juga untuk melakukan langkah pasti.
“Kalau laporan yang saya terima di Sumenep ini ada gerakan-gerakan luar biasa yang dilakukan pemerintah daerah. Kami juga sangat mengapresiasi, GETTS baru pertama di Indonesia,” katanya.
Dijelaskan, ada beberapa hal penyebab stunting, salah satunya ialah pernikahan dini, sering mengandung, memiliki anak dengan jangka waktu dekat serta mengandung di usia tua.
“Ini yang kita diskusikan. Seperti masih ada praktik penikahan dini, ini yang perlu diperhatikan dan pendekatan kepada semua pihak harus dilakukan. Kami ingin pencegahan stunting dilakukan bersama-sama,” tegasnya.
Reporter: Moh Razin
Redaktur: Wawan A. Husna