KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Capaian program Sekolah Adiwiyata di Pamekasan terbilang rendah. Dari sekian satuan pendidikan baik negeri maupun swasta dari tingkat sekolah dasar (SD) sederajat hingga sekolah menengah atas (SMA) sederajat, hanya ada 110 sekolah yang berhasil menjadi sekolah adiwiyata. Padahal, tidak ada yang sulit dalam proses pendaftarannya.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian, Perencanaan, Kerusakan Lingkungan Hidup, dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup (PPKLH dan PKLH) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Farhatin Syafillah mengatakan, ada beberapa indikator dalam pemenuhan Sekolah Adiwiyata.
Diantaranya, fungsi kebersihan, drainase, sanitasi, pengelolaan sampah, penanaman pohon, konservasi air, energi, dan inovasi. Pada dasarnya pihak sekolah tidak mau ribet dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Secara umum pendaftaran untuk menjadi sekolah adiwiyata sangatlah mudah.
“Tapi dari pihak sekolah itu sendiri kadang yang tidak mau ribet, sehingga enggan mendaftar. Kami tetap melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada sekolah, koordinasinya ke Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kementerian Agama (Kemenag),” ujarnya kepada Kabar Madura, Minggu (19/3/2023).
Pihaknya menuturkan saat ini ada 9 sekolah yang dilakukan pembinaan menuju adiwiyata provinsi dan 30 sekolah yang dibina menuju sekolah adiwiyata tingkat kabupaten. Semua itu dilakukan guna mempercepat terealisasinya program Sekolah Adiwiyata yang menyeluruh di Pamekasan.
“Rincian sekolah yang berstatus sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten terdiri dari 79 sekolah, baik negeri maupun swasta. Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi sebanyak 20 sekolah. Sedangkan Sekolah Adiwiyata tingkat nasional ada 10 sekolah. Sementara Sekolah Adiwiyata mandiri hanya terdiri dari 1 sekolah,” tuturnya.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Totok Iswanto