KABARMADURA.ID | Bagi pria satu ini, bermain bola bukan sekadar untuk berolahraga atau mengisi waktu luang. Lebih dari itu, merupakan hobi yang sangat digandrunginya sejak bangku sekolah dasar. Dia menikmati sepak bola sejak belia. Namanya adalah Abdurrahman Wahid
HELMI YAHYA, BANGKALAN
Nama yang mirip dengan mantan Presiden RI ke-4 itu, membuat dirinya dijuluki Gus Dur KW 5. Selanjutnya, dia sendiri kerap kali mengikuti kompetisi sepak bola. Baik di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Posisinya sebagai penyerang.
Seiring berjalannya waktu, saat kuliah di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Gus Dur KW 5 muli belajar hal baru yang tidak jauh-jauh dari sepak bola. Dia belajar menjadi pelatih dan wasit. “Mereka yang menyukai bola, tidak akan puas belajar dalam satu bidang,” ungkap pria yang menyukai gaya permainan Liverpool itu.
Dia mengaku belajar menjadi pelatih dan wasit secara otodidak, dan juga belajar di unit kegiatan mahasiswa (UKM) di bidang olahraga. “Meski saya tidak ikut banyak kegiatan saat kuliah, saya konsisten tetap bermain bola dan belajar bagaimana permainan bola bagi wasit dan pelatih,” tuturnya.
Berkat ketekunannya belajar dan berlatih, dia dipercaya menjadi wasit di berbagai pertandingan bola antar-kampus dan antar-desa. Tidak hanya itu, dia juga dipercaya menjadi juri di berbagai kompetisi.
Saya belajar dari wasit yang berlisensi. Tapi dia tidak pernah mendorong saya untuk ikut lisensi, meskipun sebenarnya saya ingin,” ucapnya.
Dia konsisten mengembangkan karirnya di dunia olahraga. Terbukti, tahun lalu, dia merintis Sekolah Sepak Bola (SSB) Jawa Madura (Jawara). “Klub ini lahir atas dorongan para orang tua, yang kemudian mempercayakan bakat anak anaknya bermain sepak bola bersama saya,” ulas dia.
Di SSB Jawara, anggotanya yaitu anak-anak SMP. Dia mengaku selalu berupaya menanamkan kecintaan mereka (anggota SSB Jawara, red) terhadap dunia sepak bola. Salah satu tujuannya, agar mereka rutin dalam berlatih.
“Metode latihan tetap ada, hanya saja, memupuk kecintaan pada sepak bola ini lebih dulu harus dicapai sebelum menggapai teknik lainnya,” ulasnya.
Reporter: Helmi Yahya
Redaktur: Muhammad Aufal Fresky