KM.ID | PAMEKASAN — Namanya, Suud Sarim Karimullah. Dia, lahir dari rahim keluarga Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 1 Juni 1996. Suud besar di Desa Kapong, Kecamatan Batumarmar.
Meskipun lahir di pelosok, dari keluarga yang tidak mampu dan kurang melek pendidikan, semangatnya untuk menempuh pendidikan sungguh tidak bisa diragukan.
Dia berhasil menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Islam Indonesia (UII) dan magisternya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
“Ayah saya seorang TKI yang bekerja di Malaysia, sedangkan ibu tidak bekerja,” ungkapnya saat dihubungi KM.ID, Jumat (2/9/2022).
Kepada KM.ID dia bercerita bahwa, pada tahun setelah dia lulus, dia kemudian menunaikan semangatnya untuk melanjutkan studi doktoralnya ke Timur Tengah. Dan beruntungnya, dia diterima di delapan kampus ternama.
Delapan kampus itu di antaranya; İstinye University, Istanbul Gedik University, Istambul Gelisim Üniversitesi (İGÜ), Istanbul Medıpol Unıversıty, Istanbul Yeni Yuzyil University dan Sosyal Bìlìmler Enstìtüsü Müdürlüğün’e.
Namun sayang, dia tidak mengambil satu pun kampus tersebut. Karena delapan kampus yang telah menerimanya itu tidak menyediakan beasiswa. Dan yang menarik, Suud justru mengulang jenjang magister dan sarjananya di Timur Tengah.
“Saya sekarang kuliah magister di Gümüşhane üniversitesi di Jurusan Ilahiat atau Ketuhanan, masuk tahun 2019 dan juga ngambil studi sarjana di Prodi Islamic Jurisprudence di Iran Al-Mustafa Open University sejak 2021 dan kuliah online,” cerita Suud.
Dia mengatakan, kuliah di luar negeri adalah impiannya selama ini. Dia mengaku pernah gagal pada 2016 saat hendak ikut studi banding ke Malaysia. Kegagalan itu kemudian membentuk tekad keras Suud untuk terus mengejar impiannya; bisa kuliah di luar negeri.
Bahkan tekadnya, tidak hanya akan kuliah di satu kampus tapi dua kampus sekaligus di dua negeri berbeda. Dan, tekadnya yang satu ini sudah ia tunaikan. Dia sudah lulus S2 di Gümüşhane üniversitesi Jurusan Ilahiat. Sementara sarjananya di Iran masih tengah dia jalani.
“Awalnya tidak menyangka bisa diterima magister di Turki, semua serba mudah, tiba-tiba salah seorang Profesor di kampus meminta data pribadi saya. Lalu, ketika dikonfirmasi, beliau mau mendaftarkan saya kuliah di sana lewat jalur beasiswa prestasi kampus, karena kebetulan saya karib dan sempat mendapatkan beberapa kejuaraan sebagai penunjang itu,” tuturnya.
Kejuaraan sebagai penunjang yang dimaksud Suud salah satunya adalah, dirinya pernah mendapat penghargaan Best Paper Award “The 4th Annual Scientific Symposium of Indonesia Collegian in Japan (ASSIGN) yang digelar oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang 2021.
Suud bersyukur sebab, bisa kuliah di luar negeri adalah cita-citanya dari kecil. “Sejak kecil saya bermimpi bisa naik pesawat, ternyata Allah SWT kasih bonus beasiswa kuliah ke luar negeri,” sebutnya.
Reporter: KM6
Redaktur: Ongky Arista UA