KABARMADURA.ID | Langkahnya hampir terhenti, lantaran pesimistis bisa terpilih saat seleksi. Itulah yang diungkapkan Dewi Anggita Puteri. Dia menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Pamekasan saat upacara memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia (RI). Tidak hanya itu, Gita dipercaya sebagai pembawa baki. Padahal, mulanya dia mengaku tidak percaya diri bisa lolos seleksi.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Ternyata tekad untuk terus mencoba, membuat gadis kelahiran 2007 ini berhasil mewujudkan salah satu keinginannya menjadi pembawa baki bendera ketika upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI. Dia tidak tahu secara pasti, apa yang membuatnya berkeinginan menjadi bagian dari paskibraka. Menurut Gita, keinginan itu muncul dengan sendirinya ketika dia baru pertama kali duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 2021 lalu.
Ingin membuktikan keinginannya bisa tercapai, perempuan berparas cantik dan anggun itu mulai mengikuti ekstrakurikuler paskibra di sekolahnya. Hingga pada akhirnya, Gita mengambil kesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai peserta paskibraka kabupaten. Saat proses seleksi, Gita merasa pesimistis berada di antara puluhan peserta lainnya. Pesimistis dari segi kemampuan, fisik, dan lainnya. Sebab, dikatakan Gita, seorang paskibraka harus memiliki intelektual yang cukup tinggi dengan didukung penampilan atau postur tubuh ideal.
“Setelah dinyatakan lolos sebagai paskibraka, diseleksi lagi untuk menjadi pembawa baki dan pengibar bendera. Awalnya dipilih hingga 8 orang. Kemudian diseleksi lagi hingga tersisa empat orang. Pengibar dan pembawa baki,” cerita Gita saat ditemui Kabar Madura, Kamis (17/8/2023).
Di balik keberhasilannya membawa baki bendera merah putih, menurutnya, banyak hal yang harus dikorbankan. Salah satunya waktu istirahat dan belajar di sekolah berkurang. Sehingga dirinya harus benar-benar bisa mengatur waktu dengan baik selama proses latihan. Bahkan, dia harus tidak masuk sekolah selama beberapa hari untuk memaksimal latihan.
Bagi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pamekasan itu, ketahanan fisik dan mental menjadi kunci utama dalam menjalani tugas sebagai seorang paskibraka. Pasalnya, harus siap latihan di bawah sinar matahari.
Kemudian, Perempuan asal Desa Angsanah, Kecamatan Palengaan itu mengaku, ada beban tersendiri dalam mengemban tugas sebagai pembawa baki. Sebab harus tetap menjaga keseimbangan dan fokus. Namun, Gita bersyukur, bisa berhasil menjalankan tugasnya dengan baik saat perayaan kemerdekaan pada 17 Agustus kemarin. Tapi di sisi lain, dia merasakan sedih karena harus berpisah dengan anggota paskibraka lainnya.
“Latihannya mencakup ketahanan fisik, baris berbaris. Capek sudah pasti, tapi seru. Ada sedihnya juga. Karena harus berpisah dengan teman-teman yang lain juga,” ungkap perempuan yang kini berumur 16 tahun itu.
Lalu, dia meyakini bahwa setiap orang tua pasti menunggu kesuksesan anaknya. Maka dari itu, dalam prinsip hidupnya tidak akan pernah menyerah, terutama dalam menggapai cita-cita.
“Cita-cita dari dulu ingin jadi pegawai Kemenkumham. Semoga bisa terwujud,” ungkapnya.
Redaktur: Sule Sulaiman