KABARMADURA.ID | Sumenep — Super Woman: Menjadi Menteri Keuangan Rumah Tangga. Begitulah tema dalam Workshop Financial Literacy for Woman yang dibuka oleh Wabup Sumenep Dewi Khalifah di Aula C1 Sumenep, Sabtu (24/6/2023).
Kegiatan yang digelar oleh PD Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumenep ini menghadirkan dua narasumber andal, yaitu Finansial Planer sekaligus Pengurus Pusat MES Rizta Zwestika dan Novita Sumaryati selaku Prudential Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua PD MES Sumenep Hajar menjabarkan tiga inti dari program kerja organisasinya yang mencakup pemberdayaan, penelitian dan Pendidikan, serta edukasi dan literasi.
Untuk program pemberdayaan, setidaknya mencakup lima hal: Pendampingan UMKKM mulai dari pengurusan izin, manajemen, sertifikasi halal, hingga permodalan; pendampingan BUMDes berupa workshop dari Ponggok, fasilitator, dan konsultan.
Di samping itu, ada pendampingan koperasi yang menyasar BMTNU Giliraja, Koperasi Gapoktan Pantura, dan Pondok Pesantren Al-In’am Gapura. Termasuk pendampingan kewirausahaan mahasiswa. Wisata syariah di Kabupaten Sumenep juga bagian dari program pemberdayaan yang menarget potensi wisata alam, kuliner, dan sejarah.
“Untuk penelitian dan pendidikan, meliputi MES Sumenep goes to school, skripsi tentang MES Sumenep, dan penelitian scopus dosen IAIN Madura,” urai Hajar.
Sedangkan program edukasi dan literasi terwujud dalam pasar modal dengan membuka galeri investasi. Wujud lainnya berupa seminar, roadshow, ToT, sosialisasi, dan workshop.
Rista dan Novita Tampil Menawan
Sebanyak 1.014 peserta tampak antusias mengikuti whorkshop yang dihadiri perwakilan OJK Regional IV Jawa Timur Angga Hariyadi. Mereka terdiri dari 240 orang offline dan 774 orang online. Mereka berasal dari Koperasi Mamin, GWC, P3MS, Potre Alomampa, Muslimat, Fatayat NU, AMJ, OK OCE, INKADHA, dan IPPNU.
Dua pemateri tampak tampil menawan. Nyaris semua peserta menyimak secara khidmah semua yang disampaikannya. Rista menjelaskan tentang tema, sementara Novita berbagi tips mengelola dana dan mengenal asuransi.
Setelah penyampaian materi, dilanjutkan dengan pembuatan catatan pengeluaran oleh peserta didampingi Rista pada pukul 11.39 WIB. Setelah itu, dilanjutkan review atas catatan peserta yang berakhir pada pukul 12.20 WIB.
Seusai penyampaian materi dan pembuatan catatan keuangan, dilanjutkan dengan dialog interaktif, diskusi dan tanya jawab dengan peserta yang berakhir pukul 12.35 WIB.
“Pelaksanaan Workshop Financial Literacy for Woman di Sumenep terbilang sangat menarik. Adanya dukungan penuh dari pemerintah, OJK dan Prudential tentunya menjadi nilai plus untuk menambah literacy keuangan para peserta perempuan di Sumenep,” urai Hajar.
Diskusi dan Tanya Jawab yang Dinamis
Saat moderator membuka sesi diskusi dan tanya jawab, para peserta berlomba mengangkat tangannya untuk bertanya. Pertanyaan pertama berasal dari Mukarramah dari Muslimat NU. Mukarramah memulai dengan kisah bahwa pada tahun 2014 dirinya mengikuti program asuransi di Prudential untuk cucunya.
Setelah beberapa tahun, cucunya pindah ke Yogyakarta ikut orang tuanya. Mukarramah mengaku tidak tahu apakah asuransi yang diikutinya itu berbasis syariah atau konvensional. Setelah mencoba menghitung, uang premi yang sudah dirinya setor ke prudential ± Rp20.000.000
“Pertanyaan saya apakah uang yang sudah saya setor itu bisa diklaim? Karena pada saat saya bertanya pada petugasnya, justru dilempar ke sana ke mari. Harusnya kalau sudah berbasis syariah sudah ada bagi hasil dari premi yang saya bayarkan, tetapi nyatanya saya dianggap masih memiliki utang premi,” ujar Mukarramah.
Rista menanggapi pertanyaan itu dengan bertanya apakah penanya ikut asuransi syariah atau konvensional. Karena tidak tahu, Rista minta tolong untuk dikirimi nomnor polis asuransinya. Rista berjanji akan bantu cek di program prudential dan akan dilihat apa yang terjadi sebenarnya.
Pertanyaan berikutnya datang dari Fajeriani Mawar asal Makassar. Bila dirinya menikah dan menjadi pasangan muda, Mawar bertanya “bagaimana cara mengelola keuangan? Apa aja tips yang bisa diterapkan nanti agar peran sebagai menteri keuangan rumah tangga dapat berjalan lancar?”
“Bagi yang mau menikah sebaiknya bisa mengatur keuangan, kaena token butuh uang, beras butuh uang, semuanya butuh uang. Untuk mempertahankan cinta butuh uang. Adapun tips untuk mengatur keuangan di antaranya keterbukaan keuangan; siapa yang bekerja; siapa yang mengaturnya; siapa menteri keuangannya; tinggal di mana dan mau punya anak berapa,” jawab Novita.
Sementara peserta lainnya Meli Agustina dari Jawa Tegah mengaku sering mendengar bahwa asuransi identik dengan mahal. Itu menjadi ketakutan bagi masyarakat menengah ke bawah untuk berasuransi.
“Apakah di prudential syariah asuransinya ada yang dipruntukkan untuk kaum menegah ke bawah? Bagaimana langkah edukasi prudential syariah untuk ibu-ibu kaum menengah agar melek literasi keuangan dan punya keahlian untuk mencari uang sendiri?” tanyanya.
Pemateri langsung menegaskan bahwa asuransi prinsipnya sama dengan saat kita mau membeli makanan; semakin komplit pilihannya, maka semakin mahal harganya.
“Jadi jika kita ingin memakai produk prudential, kita pilih sesuai kebutuhan dan kemampuan kita membayar,” tukas Novita.
Pewarta: Moh Razin
Redaktur: Hairul Anam