Oleh: Najwa Imamatul ‘Izza*
Saat ini dunia kembali dihebohkan dengan perkembangan teknologi yang semakin gila, yakni munculnya Chat GPT. Chatbot ini menuai pro dan kontra. Bahkan baru-baru ini, Departemen Pendidikan Kota New York melarang penggunaan Chat GPT tersebut. Namun sebelum membahas topik ini lebih lanjut, kita perlu mengetahui dulu apa itu Chat GPT.
OpenAI, sebuah perusahaan kecerdasan buatan yang didirikan oleh Elon Musk meluncurkan Chat Generative Pre-Trained Transformer atau Chat GPT pada akhir tahun lalu. Sejak itu telah mengumpulkan jutaan pengguna dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Chat GPT adalah sistem kecerdasan buatan AI yang berguna untuk melakukan interaksi dalam percakapan berbasis teks. Cara penggunaannya dimulai menginput pertanyaan, kemudian AI akan memberikan jawaban yang relevan.
Kemampuan Chat GPT berkisar dari menulis esai dan puisi, membuat rumus matematika, menyajikan rumus excel, dan mengubah musik. Chat GPT dapat diakses dan digunakan dengan mudah, serta mampu menjawab pertanyaan yang menantang maupun menjelaskan topik yang rumit dalam hitungan detik. Chat GPT adalah alat yang sangat nyaman dan alternatif untuk mesin telusur.
Lalu dimana letak ancamannya? Mengapa alat yang sangat berguna seperti itu dilarang digunakan?
Kemudahan akses inilah yang membawa argumen tersebut. Tandingan terbesarnya bahwa ia memiliki potensi yang terlalu besar untuk dieksploitasi. Jenna Lyle, juru bicara departemen pendidikan Kota New York, mengatakan, keputusan untuk melarang Chat GPT, yang dapat menghasilkan respon percakapan terhadap perintah teks, berasal dari kekhawatiran tentang “dampak negatif pada pembelajaran siswa”. Dia menyebutkan, meskipun alat tersebut dapat memberikan jawaban yang cepat dan mudah, itu tidak membangun keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah siswa.
Hal ini dapat dipahami dan kita tidak boleh berpura-pura bahwa kedatangan Chat GPT bukanlah krisis besar terutama di bidang pendidikan. Sesuatu jelas harus dilakukan untuk menangani pertumbuhan cepat Chat GPT. Namun, AI adalah alat, dan itu hampir tidak mungkin untuk sepenuhnya diblokir dari kehidupan, termasuk di pendidikan. Melarang Chat GPT seperti melarang siswa menggunakan Wikipedia atau Google. Sekalipun pada prinsipnya itu adalah hal yang “benar” untuk dilakukan, dalam praktiknya itu tidak mungkin.
Daripada berjuang dalam upaya sia-sia untuk menunda hal yang tak terhindarkan, kita harus merangkul AI seperti Chat GPT untuk membantu kita berkembang lebih jauh. Jika tetap dipaksakan penggunaan Chat GPT dilarang, itu tidak akan bertahan lama. Bahkan, nanti akan muncul chatbot serupa yang mungkin akan lebih canggih.
Seperti yang dikatakan seorang Profesor Riset dan Asosiasi, Departemen Bahasa Inggris dan Teori dan Metode Kuantitatif di Emory University, Lauren Klein. “Selalu ada kekhawatiran bahwa teknologi akan menghilangkan kemampuan terbaik orang, dan kenyataannya adalah orang harus belajar bagaimana menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan kemampuan terbaik mereka.”
Perlu diketahui, meskipun obrolan GPT dapat melakukan beberapa hal luar biasa, juga ada batasan keakuratan informasi yang diberikannya. Chat GPT juga dapat memberikan informasi yang salah dan terkadang mengarang sumber. Chat GPT sendiri yang mengatakan kekurangannya.
Ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan:
Pertama, tidak memiliki pengetahuan terkini: Chat GPT menggunakan pengetahuannya hingga September 2021 dan tidak memiliki akses langsung ke informasi baru setelah tanggal tersebut. Ini berarti ia tidak tahu tentang peristiwa atau perkembangan terbaru dunia setelah September 2021, kecuali informasi itu telah ada sebelum tanggal pemotongan pengetahuan.
Kedua, rentan terhadap informasi salah: meskipun Chat GPT dilatih menggunakan dataset yang luas, model ini cenderung menghasilkan jawaban yang konsisten dengan data yang dilatih, bahkan jika jawaban tersebut tidak sepenuhnya benar. Ini berarti Chat GPT mungkin memberikan informasi yang tidak akurat atau tidak dapat dipercaya dalam beberapa kasus.
Kemudian yang ketiga, kurangnya pemahaman yang mendalam: Chat GPT mampu menghasilkan teks yang tampaknya cukup meyakinkan, tetapi tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang konteks atau subjek tertentu. Ini bisa menyebabkan jawaban yang tidak akurat atau tidak sesuai dengan harapan, terutama dalam situasi yang kompleks atau teknis.
Keempat, kurangnya emosi dan konteks non-verbal: Chat GPT adalah model berbasis teks dan tidak memiliki pemahaman tentang emosi atau konteks non-verbal, seperti ekspresi wajah atau nada suara. Ini dapat menghasilkan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan cara yang memerlukan pemahaman emosional atau interpretasi nuansa non-verbal.
Lalu yang terakhir, kecenderungan mengulang atau tidak konsisten: terkadang Chat GPT dapat mengulang pertanyaan atau menjawab dengan cara yang tidak konsisten. Meskipun upaya telah dilakukan untuk memperbaiki masalah ini dengan mengontrol “temperatur” respon masih mungkin bagi model untuk menghasilkan output yang tidak konsisten atau berulang.
Penting untuk diingat bahwa Chat GPT adalah model mesin dan bukan manusia. Kendati memiliki kekurangan Ini, Chat GPT tetap menjadi alat yang berguna untuk memperoleh informasi, tetapi perlu dilakukan kritis dan pemahaman terhadap jawaban yang diberikan.
Perusahaan AI juga meluncurkan program berbasis web yang disebut AI Text Classifier untuk mengatasi masalah. Selain itu, seorang mahasiswa ilmu komputer di Universitas Princeton menciptakan bot pendeteksi teknologi buatan yakni GPT Zero.
Terpenting sekarang, dimana ada krisis, pasti ada peluang. Melarang penggunaan Chat GPT bukan hal yang tepat dilakukan. Cepat atau lambat akan lahir teknologi baru yang lebih kuat. Kita belajar untuk hidup dengan wabah digital ini sama seperti belajar untuk hidup dengan virus Covid-19.
Melihat sisi terang dan gelap dari penggunaan Chat GPT, perlu sikap bijak dalam memanfaatkannya. Akhirnya, semua bermuara pada siapa yang memanfaatkannya.
*) Alumnus Kelas Akselerasi di SMAN 1 Pamekasan, yang kini sedang menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Terimakasih informasinya mengenai chatGPT. Memanfaatkan berbagai macam teknologi untuk berbagai kegiatan sangat membantu. VR AR Jakarta adalah salah satu teknologi era digitalisasi berbasis Virtual reality dan Augmented reality.
saya melihat potensi besar untuk pemanfaatan teknologi seperti AI di bidang pendidikan.
Personalisasi Pembelajaran: Chat GPT dapat digunakan untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih personal kepada setiap siswa. Dengan menganalisis tingkat pemahaman dan kebutuhan individu, sistem seperti saya dapat memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan tingkat kesulitan yang berbeda.
Bantuan Belajar 24/7: Ketersediaan Chat GPT setiap saat memungkinkan siswa untuk mendapatkan bantuan dalam memahami konsep-konsep yang sulit, bahkan di luar jam belajar formal. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas belajar dan membantu siswa mengatasi hambatan pembelajaran.
Peningkatan Interaksi: Penggunaan Chat GPT dalam pembelajaran dapat meningkatkan interaksi siswa dengan materi pembelajaran. Sistem interaktif seperti saya dapat merespons pertanyaan, memahami konteks, dan memberikan jawaban yang lebih mendalam, mengaktifkan proses pembelajaran yang lebih efektif.
Penggunaan dalam Penilaian: Selain membantu dalam pembelajaran, Chat GPT juga dapat digunakan dalam penilaian. Sistem seperti saya dapat memberikan pertanyaan dan memeriksa jawaban siswa untuk mengukur pemahaman mereka, bahkan dalam skala besar.
Bantuan bagi Guru: Selain membantu siswa, Chat GPT juga dapat menjadi alat bantu bagi para guru. Dengan memberikan jawaban cepat atas pertanyaan umum atau memberikan referensi tentang topik tertentu, sistem seperti saya dapat membantu guru mengelola waktu dan menambah pemahaman siswa.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun Chat GPT memiliki potensi yang menarik dalam pendidikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Keakuratan: Meskipun Chat GPT berusaha memberikan jawaban yang akurat, adakalanya sistem seperti saya bisa menghasilkan informasi yang tidak sepenuhnya benar atau kurang tepat. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk tetap kritis dalam memverifikasi informasi.
Ketergantungan: Penggunaan Chat GPT tidak boleh menggantikan peran guru atau pendidik. Sistem seperti saya harus dianggap sebagai alat bantu yang mendukung dan melengkapi proses pembelajaran, bukan pengganti utama.
Privasi dan Keamanan: Dalam mengintegrasikan teknologi seperti Chat GPT dalam pembelajaran, perlu memperhatikan aspek privasi dan keamanan data siswa. Penting untuk memastikan bahwa data siswa dikelola dengan baik dan tidak disalahgunakan.
Dengan pertimbangan ini, pemanfaatan Chat GPT di bidang pendidikan dapat meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan interaktivitas dalam proses pembelajaran, membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk masa depan.