KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Perekaman kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) khusus para siswa/i yang akan berumur 17 tahun mulai dilaksanakan beberapa bulan kemarin. Tujuannya, untuk kebutuhan ketika pemilihan umum (Pemilu) 2024. Hanya saja, realisasinya kerap ada perubahan data pokok pendidikan (dapodik) dengan kondisi di lapangan.
Kepala Seksi (Kasi) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Siak) Dinas Pendidikan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Pamekasan M. Alfin Nour mengatakan, berdasarkan dapodik, 9 ribu anak yang akan berumur 17 tahun ketika pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024.
Sehingga, ribuan anak tersebut harus dilakukan perekaman guna bisa memilih ketika pemilu. Namun ketika di lapangan, hanya ada 6 ribu anak yang terdata. Perubahan data terjadi akibat sudah ada siswa/i yang lulus sekolah dan sudah melakukan perekaman.
“Setelah kami melakukan penelusuran, akhirnya ditemukan bahwa sudah ada siswa/i yang lulus dan sudah merekam e-KTP. Misal satu sekolah dijadwal 100 siswa/i, tapi yang tercakup hanya 80 siswa/i, ada juga datanya hanya 30 siswa/i, fakta di lapangan malah lebih, lantaran datanya belum masuk,” ujarnya kepada Kabar Madura, Minggu (15/10/2023).
Pihaknya menjelaskan, perubahan data yang fluktuatif itu tidak menjadi kendala dalam realisasi perekaman e-KTP di sekolah. Justru, bagian dari jemput bola dalam merealisasikan perekaman e-KTP. Sebab perekaman bisa diterapkan terhadap siswa/i yang akan berumur 17 tahun meskipun tidak masuk data.
“Saat ini, capaiannya perekaman baru terhadap siswa/i di atas 50 persen. Tapi saya tidak menghitung secara rinci, yang jelas secara persentase sudah di atas 50 persen,” jelasnya.
Target dari perekaman khusus siswa/i akan berusia 17 tahun ini pada Desember atau akhir tahun. Sehingga sudah merancang jadwal agar perekaman e-KTP bisa terealisasi sesuai target. Bahkan saat ini hanya melakukan perekaman tanpa berwenang untuk memberikan blanko e-KTP atau aktivasi KTP digital.
“Saat ini kami hanya merekam bukan mencetak e-KTP. Minimal satu hari satu sekolah. Kadang lebih juga, seperti ke pesantren. Kendala teknis tidak ada, hanya saja komplain ringan dari siswa mengenai mereka yang sedikit keberatan karena harus foto e-KTP menggunakan seragam sekolah,” tegasnya.
Pewarta: Safira Nur Laily
Redaktur: Totok Iswanto