KABARMADURA.ID | Berangkat dari kecemasan atas mulai terkikisnya minat pemuda terhadap ilmu sejarah, terbentuklah Madura Heritage. Sebuah komunitas yang memiliki konsentrasi pada pengembangan ilmu sejarah dan riset tentang warisan Madura.
ALI WAFA, SAMPANG
Madura Heritage terbentuk pada tahun 2021 lalu. Komunitas ini lahir dengan membawa misi membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap pentingnya pengetahuan sejarah. Misi itu didasari oleh kondisi minimnya pemerhati sejarah di Sampang dan Madura.
Atas gagasan Umar Faruk, Madura Heritage dibentuk bersama rekan-rekan mahasiswa jurusan sejarah dari berbagai perguruan tinggi. Kata heritage diambil dari Bahasa Inggris yang berarti warisan atau pusaka. Saat ini, kurang lebih 20 mahasiswa dan pelajar tergabung dalam komunitas itu.
“Karena garapan sejarah di Madura masih terlalu sepi. Di daerah lain sudah cukup masif. Apalagi di lingkup nasional, dalam topik kesejarahan nasional tidak ada pembicaraan apapun,” ucap Umar.
Karena itulah, dibentuk Madura Heritage yang berkonsentrasi terhadap pengkajian dan penelitian kesejarahan. Komunitas ini tidak hanya melakukan kajian, tetapi juga aktif melakukan penelitian. Bahkan baru-baru ini, Madura Heritage menemukan sebuah arca Buddha di Sampang.
Hanya saja, arca tersebut belum dapat dipindahkan ke museum karena ada prosedur yang belum selesai. Sebab, masyarakat setempat masih menganggap arca itu sebagai sebuah peninggalan dan warisan sejarah yang mereka miliki secara pribadi, sehingga pemindahannya butuh proses.
Tidak hanya itu, Madura Heritage juga kerap terlibat dalam sebuah agenda besar. Salah satunya dalam menentukan nama Jalan Lingkar Selatan (JLS). Nama Jalan Halim Perdanakusuma yang disematkan pada jalan yang baru saja diresmikan itu merupakan usulan dari Madura Heritage.
Selain itu, Madura Heritage juga aktif melakukan kajian dan penelitian dalam merumuskan baju adat Kabupaten Sampang. Umar Faruk membawa hasil diskusinya dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang terkait perumusan baju adat ke dalam kajian forum Madura Heritage.
Dari semua kontribusi itu, secara tidak langsung Madura Heritage sedang mengekspresikan komitmen kuatnya untuk membangkitkan kembali diskursus tentang ilmu pengetahuan sejarah di tengah-tengah masyarakat Madura, khususnya bagi para pelajar dan mahasiswa.
“Melalui Madura Heritage, saya sendiri ditetapkan oleh pihak Kementerian Kebudayaan sebagai anggota tim ahli cagar budaya Sampang. Jadi, kami bertanggung jawab melakukan riset terhadap situs-situs yang ada di Sampang untuk ditetapkan sebagai cagar budaya,” tutup alumni Program Studi (Prodi) Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Surabaya (Uinsa) itu.
Redaktur: Moh. Hasanuddin