KABARMADURA.ID | Berperan sebagai wadah pelestarian seni dan budaya di Bumi Ratu Pamelingan, membuat Dewan Kesenian Pamekasan (DKP) terus berpikir kreatif dalam mengagendakan kegiatan yang istimewa. Berdiri sejak tahun 2014, tidak menjadikan DKP kering ide atau gagasan demi terakomodirnya puluhan komunitas kesenian di Pamekasan.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Dewan Kesenian Pamekasan berperan sebagai mitra pemerintah daerah dalam pelestarian seni dan budaya di Pamekasan. Ketua DKP periode 2022-2025, Widya Pratopo mengaku, seni adalah aset daerah yang harus dilestarikan dengan berbagai macam cara yang kreatif dan unik. Untuk itu, pihaknya mengadakan beberapa kegiatan yang bisa mendukung seni dan budaya serta kearifan lokal di Pamekasan agar tetap terjaga.
Melalui berbagai macam seni, seperti tari, musik, teater, dan rupa, DKP mampu mengenalkan seni dan budaya Pamekasan dengan satu tema besar, yakni Pasemoan remona reng Madhura.
Kegiatan yang bertajuk Pasemoan remona reng Madhura itu, memuat berbagai macam kegiatan dalam berbagai bidang seni. Pameran lukisan, misalnya. Pameran itu, sebagai wujud pelestarian dari seni rupa. Ada pula Jaming musik, di dalamnya memuat seputar ajang bincang-bincang musik. Baik itu musik tradisional maupun modern. Kegiatan itu dilakukan setiap satu bulan sekali.
“Kami juga mengadakan workshop tari, bincang soal keteateran, dan seni sastra. Ada juga pameran sejarah tradisi, seperti peninggalan-peninggalan bersejarah dan lain sebagainya,” ungkap pria yang akrab disapa Wid itu.
Wid mengaku, kendala yang dihadapi selama ini adalah keterbatasan anggaran. Menurut Wid, pihaknya hanya mendapat anggaran Rp50 juta untuk melaksanakan semua kegiatan selama satu tahun. Anggaran tersebut, juga digunakan untuk perawatan taman budaya yang ada di Kelurahan Kowel.
“Sekecil apapun acaranya, pasti membutuhkan dana. Jadi, kami patungan sesama anggota untuk menutupi kekurangan anggaran tersebut,” ujarnya.
Karenanya, Wid berharap, taman budaya itu dapat menjadi pusat pagelaran seni dan budaya. Sebab menurutnya, seni adalah aset suatu daerah yang harus dilestarikan. “Ke depan, taman budaya itu, kami harapkan menjadi pusat kesenian Madura. Itu target kami,” terangnya kepada Kabar Madura.
Redaktur: Moh. Hasanuddin