Dinilai Cederai Gerbang Salam, Ulama Fasiru Sesalkan Kirab Busana Tingkat SMK di Pamekasan

Uncategorized168 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Gelaran kirab busana yang digelar salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Pamekasan, menuai kontroversi di kalangan ulama di Bumi Pamelingan.

Koordinator Ulama Fasiru Pamekasan KH. Modarris Abd Wahab, menjadi salah satu ulama yang menyesalkan gelaran kirab busana atau fashion week tingkat SMK tersebut.

Menurutnya, gelaran kirab fashion week pada Senin (13/03/2023) kemarin itu, sangat mencederai kultur Pamekasan yang selama ini dikenal dengan kabupaten gerbang salam.

“Saya sangat menyayangkan atas diselenggarakannya pawai fashion week yang dilaksanakan oleh Kepala SMKN 3 Pamekasan bersama Kepala Cabang Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur, kegiatan tersebut telah mencederai Kabupaten Pamekasan sebagai kota gerbang salam,” sesalnya, Selasa (14/03/2023).

Baca Juga:  Online dating services Trends

Gus Darris (sapaan akrabnya) menyatakan, fashion week yang digelar di sepanjang jalan kabupaten itu juga menciderai nilai-nilai moralitas yang begitu kuat yang ada di pulau Madura.

Seharusnya, lanjut Gus Darris, kegiatan-kegiatan yang akan melahirkan pro dan kontra tidak perlu terjadi. Terlebih, kegiatan tersebut berada di lingkup pendidikan.

Sebab menurutnya, kegiatan fashion week yang dipertontonkan di jalan umum dengan busana terbuka masih dianggap hal tabu dan sensitif, terutama di kalangan para ulama dan kaum pesantren.

“Jika hal seperti itu dibiarkan, maka ke depan tidak akan dianggap hal tabu oleh anak muda, akhirnya anak muda akan merasa terbiasa dengan hal buruk yang mendapatkan legitimasi dari stakeholder,” timpalnya.

Baca Juga:  Pemkab Sumenep dan SKK Migas Saling Menunggu Kantor Bersama KKKS

Gus Darris berharap, ke depan lembaga pemerintahan, khususnya lembaga pendidikan lebih berhati-hati dalam memutuskan sesuatu kegiatan, utamanya kegiatan yang akan berpotensi menimbulkan pandangan negatif tentang kultur Madura, khususnya Pamekasan.

Dirinya mengaku tidak antipati terhadap kemajuan dunia pendidikan. Namun dirinya menegaskan, penting bagi pemangku kebijakan, khususnya di dunia pendidikan untuk mengedepankan norma-norma yang selama ini tertanam di Madura.

“Jangan sampai memperparah keadaan yang saat ini sedang digempur oleh budaya barat dengan kegiatan-kegiatan seperti itu, karena jika dibiarkan, hal semacam ini akan menjadi warisan negqrif secara turun temurun bagi anak cucu kita,” tutupnya.

Reporter: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Miftahul Arifin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar