Disdik Pamekasan Terapkan Sekolah Penggerak Secara Mandiri

News, Pendidikan252 views

KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Capaian sekolah penggerak tingkat sekolah dasar (SD) di Pamekasan masih terbilang minim apabila dibandingkan dengan jumlah SD secara keseluruhan. Dari total 475 SD, yang terkaver dalam sekolah penggerak hanya 15 sekolah. 

Kepala Bidang (Kabid) SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pamekasan Taufik Hidayat mengatakan, Pamekasan mendapatkan sasaran angkatan ketiga untuk program sekolah penggerak. Kuotanya ditentukan oleh kementrian. Padahal, menurut Taufik, antusias pihak sekolah tinggi dalam mengikuti program sekolah penggerak tersebut.

“Yang daftar ratusan, tapi yang lolos segitu. Daftarnya harus sesuai sasaran dengan kuota yang sudah ditentukan dari pusat. Karena dibagi ke setiap daerah untuk meratakan program sekolah penggerak di Indonesia,” ungkapnya saat ditemui Kabar Madura, Selasa (10/10/2023).

Baca Juga:  Mafia Pupuk Bersubsidi Diduga Masih Berkeliaran, Legislatif Ingatkan Pemkab

Kendati demikian, ungkap Taufik, pihaknya menerapkan program sekolah penggerak secara mandiri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk komitmen instansinya dalam meratakan sekolah penggerak di Pamekasan. Saat ini, terdapat 31 SD yang menerapkan sekolah penggerak mandiri.

Dia menjelaskan, implementasi programnya pun tidak jauh berbeda dengan sekolah penggerak reguler yang dari kementerian, yakni pembinaan dan pendampingan terkait peningkatan kapasitas sistem belajar mengajar di seluruh satuan pendidikan. Ada beberapa indikator dalam sekolah penggerak, di antaranya hasil belajar yang menghasilkan kemampuan literasi, paradigma pembelajaran harus berpusat kepada siswa, dan lainnya. 

Baca Juga:  Ribuan Petani di Pamekasan Terancam Tidak Kebagian Jatah Pupuk Subsidi 2024

Adapun sekolah penggerak yang reguler, tiga di antaranya adalah SDN Bangsareh III, SDN Kangenan I, dan SDN Nyalabu Daja II. Sementara tiga sekolah penggerak yang mandiri adalah SDN Gladak Anyar 2, SDN Barurambat Kota I, dan SDN Bugih III.

“Programnya tidak jauh berbeda dengan yang reguler.  Ada lokakarya, pendampingan, dan pembinaan. Kalau yang regular murni dari pusat, yang mandiri pendampingannya dari daerah,” tukasnya.

Pewarta: Safira Nur Laily

Redaktur: Sule Sulaiman

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *