KABAR MADURA | Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep mulai sosialisasikan kegiatan untuk menurunkan angka anak tidak sekolah (ATS). Dari penelusuran di 13 lembaga pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM), masih tercatat 405 ATS dengan umur maksimal 18 tahun per 10 Juni 2024.
Kabid Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Lisa Bertha Soetedjo melalui Kasi Kasi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter PAUD dan PNF Disdik Sumenep Akhmad Supiyanto mengatakan, tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah.
Penambahan itu berpotensi ditemukan seusai mendata 35 PKBM tersisa dengan cara monitoring dan verifikasi dapodik di masing-masing satuan pendidikan.
Untuk mempercepat penurunan ATS, dirinya akan mulai pada bulan Juli 2024, untuk input warga belajar baru yang bekerja sama dengan pemerintah desa dan ketua PKBM sebagai fasilitator atau penyambung komunikasi dengan pemerintah desa. Sehingga data yang dirinya peroleh benar-benar valid dan berdasar dari registrasi desa.
Untuk berkolaborasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, menjadi kajian lebih lanjut, yakni dengan pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil), Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Sumenep, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sumenep, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi terkait lainnya.
Serapan ATS untuk saat ini, sebagian besar terakomodir dari Kecamatan Saronggi, Batang-batang, dan Ambunten. Dengan kondisi ini, akan dimonitoring dan koordinasi dengan beberapa desa yang terdekat dengan PKBM untuk mendapatkan pemetaan ATS dari masing-masing kecamatan.
“Hal ini sebagai langkah awal dalam percepatan penurunan ATS di Kabupaten Sumenep dan akan kami mulai Juli yang akan datang dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD),” ucap dia., Selasa (11/6/2024).
Penurunan ATS di Kabupaten Sumenep merupakan program prioritas Pemkab Sumenep. Sebagian besar ATS disebabkan oleh kondisi ekonomi, sosial dan budaya. Di beberapa wilayah, penyebab utama terjadinya ATS bervariatif, yakni kondisi ekonomi merupakan penyumbang prosentase terbesar terjadinya ATS.
Hal itu disebabkan maraknya orang melakukan migrasi untuk memperbaiki pola hidup dengan membawa sanak keluarganya ke daerah rantau. Kondisi geografis dan perkawinan dini merupakan urutan berikutnya dalam menyumbang ATS, khususnya di Kabupaten Sumenep.
“Jadi ada banyak faktor terjadinya ATS, kami terus mengupayakan agar lebih menurun,” ucap Supiyanto.
Pewarta: Imam Mahdi
Redaktur: Wawan A. Husna