KABARMADURA.ID | SUMENEP-Lantaran banyak pertimbangan realisasi regrouping terhadap sekolah-sekolah tidak ideal di bawah binaan Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep sulit laksanakan. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya nasib guru yang baru ditugaskan di sekolah tersebut.
Kepala Disdik Sumenep Agus Dwi Saputra melalui Kepala Bidang Pembinaan SD Ardiansyah Ali Shochibi mengakui, meski sudah mulai menganalisa 20 sekolah, tetapi tidak ada jaminan bisa terwujud tahun ini.
“Banyak pertimbangan mau dilakukan penghapusan, salah satunya banyak guru yang baru ditempatkan di sekolah itu, dari P3K misalnya, maka itu sulit direalisasikan,” kata dia.
Meski dijelaskan banyak sekolah, terutama di pelosok desa, belum mampu mencapai pagu yang ditentukan, yakni memenuhi rombongan belajar (rombel) per kelas.
Pertimbangan lain untuk membatalkan dihapusnya sekolah tidak ideal, yakni jika sekolah tersebut hanya satu-satunya, atau jauh dari sekolah setara. Maka hal itu masih ditoleransi, dengan alasan, daripada masyarakat tidak difasilitasi pendidikan.
“Dari sekitar 700 sekolah yang ada di Sumenep paling nanti disisakan satu desa satu sekolah, tapi itu nanti,” imbuhnya.
Padahal sebelumnya dijelaskan bahwa kegiatan penghapusan itu dilakukan sebagai upaya untuk sekolah-sekolah agar terpenuhi sesuai standar pemerintah melakukan pembagian kuota penerimaan peserta didik baru (PPDB), masing-masing sekolah di Sumenep. Karena memang faktanya masih ada sekolah yang siswanya di bawah 60.
Dijelaskan bahwa salah satu kategori tidak ideal itu, yakni tidak sebanding antara jumlah siswa dengan banyaknya sekolah di suatu wilayah. Idealnya, setiap kelas memiliki minimal 20 siswa, namun yang terjadi, jumlah siswa per kelas tidak mampu dicapai.
Sementara itu, anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep M. Muhri menyampaikan, masih banyak persoalan pendidikan di Sumenep yang ini yang tak kunjung selesai.
“Ya salah satunya ini adalah proses mengidealkan sekolah tak kunjung tuntas. Padahal direncanakan sejak bertahun-tahun lalu,” paparnya.
Pewarta: Moh. Razin
Redaktur: Wawan A. Husna