KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Capaian produksi garam di Pamekasan mencapai 21 ribu ton per akhir Agustus lalu. Rata-rata produksi garam itu dikirim ke pabrikan untuk dijual oleh masing-masing petambak atau petani garam.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pamekasan Luthfie Asy’ari, Selasa (19/9/2023). Menurutnya, capaian produksi garam tahun ini sempat mengalami penurunan pada Mei lalu, yakni hanya berkisar 34,5 ton. Diakuinya, saat itu harga garam melonjak tinggi, karena ketersediaan garam terbatas.
“Rata-rata langsung dijual. Untuk target kami tidak berhak mematok sekian ton. Karena itu wewenang dari pusat. Tapi kami juga mendata capaian produksinya itu sudah berapa ton,” terangnya kepada Kabar Madura.
Kemudian, Lutfi mengungkapkan, selama tiga bulan terakhir, harga garam mengalami perubahan yang cukup signifikan. Mulai dari Rp6 juta ke Rp2,8 juta per ton, bahkan turun drastis menjadi Rp1,5 juta hingga pernah Rp1,2 juta per ton.
Kata Lutfi, dinamika harga garam itu wajar terjadi lantaran menyesuaikan dengan tersedianya garam. Menurut dia, semakin banyak garam yang tersedia, maka semakin turun harganya. Sedangkan semakin sedikit garam yang tersedia, maka harganya tambah tinggi.
Sejauh ini, tambah Lutfi, pihaknya tidak memiliki alternatif apapun dalam menghadapi turunnya harga garam. Sebab itu bukan wewenang instansinya. Namun, meskipun demikian, pihaknya tetap melakukan pembinaan kepada petambak atau petani garam guna meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan.
“Melalui 16 orang penyuluh, kami lakukan pembinaan kepada mereka terkait pengelolaan lahan, produksi, dan lainnya. Tugas dinas hanya itu, untuk target, harga, kami tidak punya wewenang hal itu,” ungkapnya.
Adapun wilayah penghasil garam terbesar di Pamekasan adalah Kecamatan Tlanakan, Kecamatan Galis, dan Kecamatan Pademawu.
Pewarta: Safira Nur Laily