KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Sembari meringis kesakitan, Hariyanto Santoso tampak terbata-bata saat ditemui Kabar Madura, Selasa (28/11/2023). Lantaran rumahnya ambruk, kakek berusia 76 tahun ini mengalami luka di bagian punggung, lengan dan kepalanya sebanyak tiga goresan.
Rumah warga Kelurahan Jungcangcang, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan itu ambruk sehari sebelumnya. Bangunan tersebut diketahui pernah mendapat suntikan dana Rp15 juta dari program rumah tidak layak huni (RTLH).
“Betul (dapat bantuan program RTLH, red). Enam tahun lalu,” ujar Staf Bidang Perumahan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (DPRKP) Pamekasan Dwi Budayana Eka Dewantara, saat dikonfirmasi Kabar Madura, Selasa malam (28/11/2023).
Pria yang akrab disapa Dwi itu menjelaskan, bantuan yang diterima Hariyanto Santoso terlebih dahulu melalui survei. Apa saja yang perlu direhap dari bangunan yang berumur 50 tahun lebih itu, sudah dikoordinasikan oleh DPRKP dengan Hariyanto Santoso.
“Saat disurvei, keluhan yang kami terima adalah temboknya rusak. Itu yang direhab. Atapnya tidak terkena biaya rehabilitasi atau peningkatan kualitas (PK),” ujar Dwi.
Kala itu, dana yang digelontorkan untuk program RTLH senilai Rp15 juta. Sejak 2020, jumlahnya bertambah menjadi Rp17,5 juta.
“Dari Rp15 juta, realisasi belanja bahan saat itu ialah Rp12,5 juta. Sisanya buat ongkos tukang. Itu berlaku khusus bagi penerima manfaat yang umurnya di atas 50 tahun,” urainya.
Sedangkan bagi fakir miskin yang berusia di bawah 50 tahun ke bawah, kata Dwi, realisasi bahan full Rp15 juta. Biaya tukangnya swadaya.
Atas musibah yang menimpa Hariyanto, Dwi mengarahkan agar mengajukan proposal ke Pj Bupati Pamekasan Masrukin. Nanti Masrukin akan melanjutkan ke dinas terkait sesuai porsi kerusakan rumah.
“Kalau memang pihak kelurahan dan yang bersangkutan minta bantuan ke Pj Bupati, nanti Bupati ke dinas. Kami usahakan dapat bantuan lagi,” ujar Dwi.
Kalau terbaca ringan, anggarannya nanti dari Dinas Sosial (Dinsos) Pamekasan atau dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Bila rusak berat, proposal ditujukan ke DPRKP.
Terpisah, Fathorahman yang merupakan ponakan dari istri Hariyanto menjelaskan, peristiwa naas itu terjadi Senin siang tanpa diketahui sebabnya. Pada waktu pagi, hujan memang lebat dan tidak mengakibatkan apa-apa.
Menurutnya, runtuhnya rumah tersebut diakibatkan bangunan yang sudah berumur puluhan tahun; tidak pernah diperbaiki kembali sejak menerima bantuan dari Pemkab Pamekasan pada 2017 lalu.
“Rumah ini memang sudah lama tidak diperbaiki, kecuali dulu sejak mendapatkan bantuan dari Pemkab Pamekasan,” ujarnya.
Sementara itu, Lurah Jungcangcang Pamekasan Sukarsono membenarkan kejadian yang menimpa lansia di daerahnya. Kata Sukarsono, dilihat dari silsilah kelurganya, korban ada kemungkinan keturunan Tionghoa yang saat itu menikah dengan Misnati warga Jungcangcang.
“Tidak hanya itu, beliau juga merupakan seorang mualaf saat menikah dengan istri tercintanya,” tukas Sukarsono.
Pewarta: Moh. Farid
Redaktur: Hairul Anam