KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan mendapati selisih dua persen dari hasil bulan timbang dan survei status gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting. Selisih itu terjadi karena menggunakan metode yang berbeda dalam standarisasi pengukurannya.
Menurut Kepala Dinkes Pamekasan dr. Saifuddin, melalui Kepada Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Achmad Syamlan, prevalensi stunting tahun 2022 berdasar bulan timbang sebanyak 6,4 persen. Sedangkan jika berdasar SSGI yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di angka 8,1 persen dengan populasi balita 50.427 dan bayi 13.011.
“Terjadinya perbedaan SSGI dan bulan timbang adalah hal yang wajar. Bulan timbang jumlah sasarannya 85 persen pengukurannya, sedangkan SSGI metodenya adalah sampling, hanya 15 persen dari jumlah populasi sasaran,” paparnya, Kamis (26/1/2023).
Jika dibandingkan tahun 2021, prevalensi stunting lebih rendah pada 2022. Sebab, prevalensi tahun 2021 berdasar bulan timbang berada di angka 11,7 persen. Sedangkan berdasar SSGI, berada di angka 38,7 persen dengan jumlah sasaran bayi 13.199 dan balita 50.317.
Diakuinya, penyebab stunting disebabkan adanya kekurangan gizi pada anak. Penurunan angka stunting diklaim karena masifnya penggalangan komitmen dari semua kalangan, pendataan sasaran dan audit stunting, kampanye tentang penurunan angka stunting, perbaikan sarana sanitasi, dan pemetaan potensi pangan lokal untuk penguatan dan penambahan gizi.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya mulai dari tingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sampai tingkat kabupaten,” paparnya.
Dia menyampaikan, untuk kegiatan anggaran penanggulangan stunting tahun 2021 berkisar Rp750 juta. Berasal dari dana alokasi khusus (DAK). Sedangkan tahun 2022 berkisar Rp800 juta. Sedangkan untuk tahun 2023 belum ada kejelasan dalam penekanannya.
“Pada tahun kemarin, penanganan stunting melalui DAK, untuk tahun 2023 masih nihil,” ujarnya.
PREVALENSI STUNTING PAMEKASAN 2022
- Prevalensi stunting terjadi selisih dua persen antara hasil bulan timbang dengan SSGI
- Terjadi karena menggunakan metode berbeda dalam pengukurannya
- Bulan timbang jumlah sasarannya 85 persen pengukurannya, sedangkan SSGI metodenya adalah sampling, hanya 15 persen dari jumlah populasi sasaran
- Berdasar bulan timbang sebanyak 6,4 persen. Sedangkan SSGI oleh Kemenkes di angka 8,1 persen
- Pengukuran dengan acuan populasi 50.427 balita dan 13.011 bayi
PREVALENSI STUNTING 2022 LEBIH RENDAH DARI 2021
- Prevalensi tahun 2021 berdasar bulan timbang berada di angka 11,7 persen. Sedangkan berdasar SSGI berada di angka 38,7 persen
- Jumlah sasaran 13.199 bayi dan 50.317 balita
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Wawan A. Husna