KABARMADURA.ID | SAMPANG -Anjloknya harga garam cukup mempengaruhi hasil produksi. Kondisi itu dibuktikan dengan jumlah produksi yang menurun di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Sampang Wahyu Prihartono, Senin (3/1/2022).
Menurutnya, di tahun 2021 jumlah produksi garam di daerah dengan slogan Kota Bahari hanya 87 ribu ton. Jumlah tersebut dinilai sangat menurun dibandingkan tahun 2019 lalu dengan hasil capaian produksi 235 ton.
“Penurunannya cukup drastis akibat harga yang masih rendah. Karena saat ini banyak petambak yang tidak menggarap lahannya,” ujarnya.
Sedangkan turunnya harga garam rakyat, akibat komoditas garam tidak masuk dalam kategori kebutuhan pokok dan penting. Sehingga harga garam fluktuatif dan cenderung merugikan para petambak garam.
“Dampaknya terlihat sekarang, harga garam hanya Rp600 ribu per 1 ton. Itupun untuk harga dengan kualitas K1. Apalagi yang di bawahnya,” ucapnya.
Selain itu, upaya pengajuan kenaikan harga garam sudah maksimal. Bahkan hingga tingkat provinsi. Hanya saja, upaya tersebut nihil hasil. Sebab perubahan kenaikan harga garam merupakan kewenangan pusat.
“Jadi provinsi tidak memiliki kewenangan itu, apalagi kami di tingkat kabupaten,” paparnya.
Pihaknya berharap, harga garam bisa segera naik. Sehingga para petambak garam bisa mendapatkan keuntungan yang sesuai. Apalagi, luas lahan garam di Sampang seharusnya mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.
“Lahan di Sampang ini terluas se Madura. Kami memiliki 4.200 hektar lahan garam rakyat dan 1.200 hektar milik PT Garam. Seharusnya dengan angka itu, sudah bisa mensejahterakan petambak garam,” tegasnya.
Reporter: Fathor Rahman
Redaktur: Totok Iswanto