KABARMADURA.ID | BANGKALAN, SUMENEP-Memiliki lima wilayah sebagai sentra penghasil garam, Dinas Perikanan (Diskan) Bangkalan menargetkan bisa berproduksi empat ribu ton di tahun 2022 ini. Akan tetapi, hingga akhir masa panen, hanya 740 ton atau 9 persen yang mampu terpenuhi dari target.
Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Ikan Diskan Bangkalan Edy Wiyono mengungkapkan, saat ini sudah memasuki musim penghujan. Sehingga petambak garam sudah tidak memungkinkan menambah hasil produksi. Hasil produksi 740 tob itu diperoleh dari 40 ton pada Agustus dan 700 ton di bulan September 2022.
“Musim penghujan,datang lebih cepat dibangkan tahun lalu. Kalau tahun lalu, bulan Oktober itu masih ada tambahan produksi. Sekarang, jika dilihat dari cuaca yang tidak menentu, sepertinya tidak mungkin lagi ada tambahan produksi,” ungkap Edy saat dikonfirmasi, Rabu (19/10/2022).
Tidak hanya musim hujan lebih awal yang jadi kendala, musim panen juga mengalami kemunduran. Sebab, biasanya Juli sudah memasuki periode panen. Sedangkan yang saat ini terjadi, petambak baru bisa panen pada Agustus.
Diketahui, Bangkalan memiliki 13 desa di 5 kecamatan penghasil garam, di antaranya Desa Gili Barat, Kwanyar, Pasanggrahan di Kecamatan Kamal, kemudian Desa Tlagah dan Bumi Anyar di Kecamatan Tanjung Bumi, Desa Labuhan dan Maneron di Kecamatan Sepulu, serta Desa Tolbuk, Ko’ol dan Muara di Kecamatan Klampis.
Sementara Diskan Semenep juga mulai pesimistis bisa mencapai target produksi garam tahun 2022. Alasannya, musim kemarau sudah mulai berakhir di Oktober ini seiring mulai tingginya intensitas hujan.
Berdasarkan data Diskan Semenep, target produksi garam tahun 2022 adalah 100.000 ton. Sedangkan, capaiannya masih 15.558,43 ton per Oktober ini. Sehingga sangat jauh dari target produksi, atau kurang sekitar 84.442 ton. Terdapat 1.652 petambak dan 164 kelompok petambak garam di Sumenep.
Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Sumenep Agustiono Sulasno melalui Plt Kepala bidang (Kabid) Perikanan Budidaya Edie Ferrydianto mengakui penyebabnya adalah cuaca. Sejak awal Oktober 2022, hujan terus menerus turun, sehingga petambak garam tidak berproduksi. Namun target produksi itu memang diakui lebih kecil dibanding tahun sebelumnya.
Bahkan, lahan integrasi garam yang selama ini diterapkan, tidak dapat diandalkan. Lahan integrasi garam mulai digarap 15 Oktober 2022. Tetapi, justru tingginya intensitas hujan justru terjadi di bulan Oktober.
“Sejatinya lahan integrasi garam dapat meningkatkan produksi garam, tetapi saat ini tidak mungkin tercapai dari target yang ditentukan,” kata pria dengan sapaan Didit itu, Rabu (10/19/2022).
Sayangnya, Didit enggan menyampaikan prediksi hasil produksi garam melalui lahan integrasi garam itu. Alasannya, karena dalam tahap penggarapan lahan. Dia hanya menyampaikan bahwa target rampunya penggarapan pada Desember 2022.
“Jadi, bisa jadi tahun 2023 mendatang pascamusim hujan nantinya dapat memproduksi melalui lahan integrasi, kalau tahun 2022 rasanya tidak mungkin,” tukasnya.
Terdapat 30 hektar luas lahan intregrasi garam di Sumenep. Terdapat dua titik lahan yang digarap, masing-masing 15 hektar. Namun kedua titik iu berada di Kecamatan Gapura. Metode penggarapan garam itu sudah dicanangkan beberapa tahun lalu. Namun baru berhasil diterapkan di tahun ini.
Dalam penerapannya, pemerintah menyewa lahan dari masyarakat. Lahan garam itu kemudian dilelang kepada kontraktor untuk menggarapnya. Saat ini, lahan tersebut sudah digarap kontraktor sejak 15 Oktober 2022.
Target yang ingin dicapai dari penerapan tersebut adalah dihasilkannya garam berkualitas, karena digarap secara profesional dan dengan standar teknologi tertentu.
Lahan integrasi garam itu diyakini dapat meningkatkan produksi garam, serta kualitasnya lebih baik. Dalam proses kontraknya, Pemkab Sumenep membuka lelang senilai Rp1,1 miliar, namun saat ini telah ditawar menjadi Rp800 juta.
“Jadi pemenang yang berhak menggarap lahannya dengan menunjuk para pekerja. Paling tidak dapat menunjuk petani lokal,” tutur pria dengan sapaan Didit itu.
Reporter: Imam Mahdi, Fathurrohman
Redaktur: Wawan A. Husna