Prof Dr. H Mohammad Kosim bidang Ilmu Pendidikan Islam
“Tugas dan tanggung jawab guru mengalami pergeseran, dari satu-satunya sumber menjadi salah satu sumber belajar, tapi kedudukan guru tidak tergantikan, meskipun meskipun banyak pekerjaan lain yang diganti automasi, No Teacher No Education”
Prof. Dr. H. Mohammad Muchlis Solichin bidang ilmu pendidikan islam
“Penting untuk memperkuat penanaman nilai-nilai spiritualitas dalam pembelajaran pendidikan islam melalui berbagi strategi”
Prof. Dr. H Maimun bidang ilmu hukum islam
“Hukum waris islam seringkali dipahami sebagai hukum yang tidak bisa disentuh perubahan, hal ini karena dari hukum keluarga ini telah terperinci di dalam ayat Al Qur’an dan beberapa hadits yang mengandung perincian dan jelas maknanya”
Prof. Dr. Siswanto bidang ilmu filsafat pendidikan islam
“Epistemologi berupaya memberikan pemecahan problematika pendidikan yang melanda umat islam, salah satunya adalah pada dimensi kurikulum. Kurikulum madarasah terutama pada matero non agama, saat ini belum menunjukkan karakteristik sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas agama islam.”
KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN Madura) semakin diperkuat dengan beberapa upaya. Salah satunya, menambah gelar empat guru besar yang dikukuhkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani di Auditorium IAIN Madura Pamekasan, Sabtu (5/8/2023).
Empat orang yang menyandang gelar sebagai guru besar ini meliputi, Prof Dr. H. Mohammad Kosim bidang Ilmu Pendis, Prof. Dr. H. Mohammad Muchlis Solichin bidang Ilmu Pendis, Prof. Dr. H. Maimun bidang Ilmu Hukum Islam dan Prof. Dr. Siswanto bidang Ilmu Filsafat Pendis.
Rektor IAIN Madura Dr. Saiful Hadi menyampaikan, secara sosiologis perubahan dan pengembangan peradaban sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Sebab pendidikan merupakan salah satu instrumen yang mampu mengubah peradaban. Sehingga dengan hadirnya empat guru besar yang baru, akan memberikan inspirasi, inovasi dan perbaikan-perbaikan pendidikan yang ada di Madura, begitu pula tentang ilmu hukum islam yang akan membawa kemajuan Madura.
“Kehadiran guru besar baru ini merupakan indikator bahwa terjadi perubahan dinamika akademik secara global, secara emosional dan secara akademis,” ujarnya kepada Kabar Madura usai memberikan sambutan.
Pria yang pernah aktif sebagai aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu menegaskan, empat guru besar yang baru dikukuhkan memiliki tanggung jawab dalam penguatan dan pembinaan serta pengembangan ilmu yang bisa menjadi referensi untuk kalangan akademisi IAIN Madura maupun masyarakat umum.
“IAIN Madura memiliki tanggung secara formal dan secara kelembagaan, bahwa kehidupan sosial yang ada di tengah masyarakat, maka peran para guru besar diharapkan memiliki kontribusi untuk menyelesaikan problematika sosial sesuai dengan kapasitas masing-masing,” ucapnya.
Dijelaskan, kehidupan sosial yang moderat sesuai ajaran Rasulullah SAW perlu menjadi atensi bagi para guru besar. Sebab hal itu menjadi impian mayoritas masyarakat di seluruh penjuru negeri. Apalagi, secara kelembagaan memiliki tanggung jawab untuk mereaktualisasi kembali terhadap kebijakan strategis nasional, terlebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan industrialisasi Madura yang berbasis kerakyatan.
“Makanya perubahan dari IAIN menjadi UIN menjadi penting untuk terus diwujudkan, supaya terus berkontribusi. Kami memiliki mandatory untuk selalu memelihara ilmu keislaman, ketika nantinya berubah menjadi UIN, maka akan banyak aktivitas akademik, kaitannya dengan memberikan manfaat kepada masyarakat Madura,”tegasnya.
Sementara itu, Dirjen Pendis Kemenag RI Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan, gelar guru besar merupakan anugrah yang diberikan oleh Negara. Gelar itu, akan membawa konsekuensi yang luar biasa. Terutama mengenai kesejahteraan personal lebih meningkat. Terpenting, sejak perolehan guru besar setiap pernyataannya akan dijadikan sebagai referensi. Sehingga dalam mengeluarkan perkataan harus lebih hati-hati.
“Bagi masyarakat kita, buat mahasiswa kita, kata-kata dari profesor adalah ilmu dan perilakunya adalah teladan, jadi hati-hati jaga kelakuan baik-baik saja,” responnya.
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Totok Iswanto