KABARMADURA.ID | “Kita boleh lahir di desa tapi bukan berarti tidak bisa mencapai cita-cita” . Kalimat tersebut menjadi semboyan Magfiroh untuk aktif bergerak melakukan beragam kegiatan positif. Dia yakin, impian seseorang tidak dari mana dia berasal. Namun, bergantung bagaimana proses dalam mengaktualisasikan diri.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Perempuan yang berasal dari Kecamatan Pakong itu kini aktif di beberapa organisasi yang mengantarkannya terus berkembang. Beberapa organisasi tersebut antara lain adalah Ketua Forum Kerukunan Wanita Umat Beragama (FKWUB) Pamekasan, koordinator bidang hukum dan advokasi Fatayat Nahdlatul Ulama, pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pamekasan, dan Pengurus Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Pamekasan.
Tidak hanya itu, Firoh sapaan akrabnya, juga menjadi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dan sekaligus menjadi pengajar. “Semua ini saya anggap berkat dari saya berorganisasi. Bisa berjejaring dengan orang-orang penting,” ungkapnya.
Selain itu, dia mengungkapkan, semula tidak ada niatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. merasa tidak mampu untuk mengikuti perkuliahan. Namun, berkat dorongan kedua orangtuanya, Firoh untuk kuliah.
Saat itu, dia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan yang saat ini menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.
Saat kuliah, dia aktif juga di organisasi intra maupun ekstra kampus. Seperti halnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan sebagainya.
“Saya hanya menjalankan kepercayaan teman-teman. Mereka tidak percaya bahwa saya bisa memimpin komunitas ini karena sudah punya pengalaman di Kopri PMII dulu,” ucap Firoh.
Dia juga mengaku, kegiatan-kegiatan yang dilakoninya itu meningkatkan jaringan pertemanannya dari berbagai kalangan. “Kita harus bergaul dengan orang-orang penting. Dan harus menunjukkan kita bisa. Jargonnya yaitu bukan lagi siapa yang bisa, tapi siapa yang mau,” ungkap Firoh.
Redaktur: Muhammad Aufal Fresky