KABARMADURA.ID | Kabupaten Sampang sebenarnya memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Namun tidak jarang yang memilih berproses di kota lain. Paradigma itu yang melatarbelakangi berdirinya Sampang Development Center (SDC) sebagai organisasi pemuda.
ALI WAFA, SAMPANG
SDC berdiri pada tahun 2020 lalu. Organisasi ini dibentuk atas dasar kesamaan persepsi tentang perlunya penggerak kemajuan di Kabupaten Sampang. Di mana, pemuda harus mengambil peran dalam mewujudkan sebuah perubahan. Pemicunya adalah ketimpangan dan ketertinggalan.
Deni Yantri (21) adalah sosok gadis yang menggagas berdirinya SDC. Dia memulainya dengan mengumpulkan seluruh teman-teman sekolah dan pemuda di daerahnya. Dia memulai dari wilayahnya, yaitu di Kecamatan Sokobanah. Hingga saat ini, telah terhimpun lebih dari 180 anggota.
SDC memiliki visi meningkatkan SDM Kabupaten Sampang. Beberapa sektor menjadi perhatian khusus, yakni pendidikan, sosial dan ekonomi. Siswa-siswi di sekolah mulai diberi pemahaman bagaimana memiliki jiwa kritis dan humanisme. Bahkan, SDC memiliki program berbagi buku dan Alquran.
Dara lulusan Universitas Negeri Malang itu, mendirikan SDC atas dasar keprihatinan melihat kondisi Sampang. Banyak pemuda cerdas dan produktif, namun enggan berproses di kota sendiri. Kondisi itu, karena Sampang dilihat sebagai sebuah kota yang minim peluang.
Dengan demikian, SDC membangkitkan gairah para pemuda untuk bersama-sama membangun daerah. Sehingga, struktur SDC terbagi menjadi beberapa departemen. Bahkan, di setiap kecamatan dibentuk koordinator yang biasa disebut korcam.
Mereka menjadi penggerak sekaligus pelopor. Untuk melanjutkan proses regenerasi, SDC memiliki program Militansi Kader Sampang Development Center (MKSDC). Sebuah program kaderisasi yang memuat sejumlah materi peningkatan kompetensi serta membuka rekrutmen anggota.
SDC pernah memberi rapor merah terhadap kepemimpinan bupati Sampang periode saat ini. Penyebabnya, lantaran ditundanya pemilihan kepala desa (pilkades) hingga tahun 2025 mendatang. Kebijakan itu, dinilai sebuah keputusan yang mengebiri proses demokrasi di tingkat desa.
“SDC menjadi wadah pemuda sampang baik dari tingkat pelajar, mahasiswa, dan umum. Pemuda yang digembleng dengan paradigma intelektual profetik, yang berpikir, bergerak, berdampak, dan berkehendak,” demikian dipaparkan dara kelahiran 17 November 2001 itu.
Redaktur: Moh. Hasanuddin