Karapan Sapi Betina di Giliraja, Aktivitas Membajak Sawah tapi Jadi Hiburan

News262 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | SUMENEP –Karapan sapi betina merupakan budaya yang terus dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat Gili Raja, Kecamatan Giligenting, Sumenep. Bahkan dijadikan hiburan pada peringatan tertentu, terutama saat pancaroba atau transisi dari musim kemarau ke penghujan.

MOH RAZIN, SUMENEP

Kharisma 2

Karapan sapi betina di Pulau Giliraja adalah kebudayaan yang diyakini sudah turun temurun dari nenek moyang. Sejak awal, aktivitas kerapan sapi betina itu juga berfungsi sebagai traktor tradisional, membajak lahan agar di musim tanam tanahnya menjadi subur.

Keunikannya, karapan sapi betina itu menggunakan alat pembajak (nanggala), jokinya ada di belakang tetapi tidak menunggangi, dia ikut berlari di belakangnya.

Baca Juga:  Seluruh Pasar Tradisional di Sumenep Tidak Penuhi SNI

Moh Nur Arifin, warga Giliraja mengatakan, itu kebudayaan sudah turun temurun. Seingatnya sudah sejak kecil sudah ada dan menjadi tontonan warga.

“Kalau musim kemarau seperti saat ini, maka setiap desa itu pasti ada karapan semacam itu,” kata dia, Minggu (24/9/2023).

Menurutnya, karapan sapi betina ini bisa dibilang unik, karena tidak ada di daerah lain kecuali di pulaunya. Di mana sapi betina ini dihiasi dengan pakaian yang sangat bagus, bahkan kadang diiringi gamelan dan saronen.

Kegiatannya dimulai ketika musim kemarau akan berakhir. Kemudian warga menjalankan tradisi itu dengan cara membentuk arisan tiap pekan secara bergiliran.

Di satu sisi, kegiatan tersebut melestarikan budaya dan juga meningkatkan kerukunan dalam bermasyarakat.

Baca Juga:  Jukir Sering Dibayar Lebih tanpa Kembalian, Tarif Parkir Pamekasan Dinaikkan

Manfaat lainnya, juga menggugah sektor ekonomi di bidang ternak sapi, karena harga sapi tersebut jadi mahal. Sapi betina yang biasa jadi karapan, harganya bisa  mencapai ratusan juta satu ekornya.
“Dalam acara karapan sapi betina ini dimulai dari pembajakan tanah dulu dan diakhiri dengan acara dilarikan bersama dengan alat bajaknya,” imbuhnya.

Dia juga berharap agar kesenian karapan sapi betina tersebut untuk dilestarikan dan dapat dijadikan budaya khas Sumenep yang dikenalkan ke luar daerah.

Dalam karapan sapi betina ini, juga terbentuk paguyubannya, yakni Karya Famili.

“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah untuk melirik budaya kesenian karapan sapi betina, karena hal ini perlu dilestarikan dan dipromosikan,” pungkasnya.

Redaktur: Wawan A. Husna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *