Kecantikan 

Ahmad Sahidah: Dosen Filsafat Keuangan Universitas Nurul Jadid 

Socrates mengajar kita bahwa jalan pada pengetahuan itu dengan mengajukan pertanyaan. Untuk itu, saya pernah melontarkannya di catatan blog pribadi bertarikh 12 Maret 2012. Mengapa untuk cantik perempuan harus membaca majalah Cosmopolitan? Mengapa perempuan harus cantik di luar rumah dan tidak di dalam rumah? Lalu, untuk apa kecantikan itu? Untuk keluarga atau orang lain? Mengapa perempuan yang bercadar atau berburqa tampak salah di banyak mata kaum feminis? Bukankah mereka tidak mengobral tubuhnya untuk orang ramai? Adakah kebebasan itu mendedahkan tubuh, lalu ketidakbebasaan menutup aurat?

KM10082023
COVER 09 AGUSTUS 2023-1@1x_1
KM07082023
KM03082023

Mari lihat sejenak gambar-gambar perempuan di majalah, baik di Malaysia maupun Indonesia! Kalau Tuhan menciptakan manusia, lalu melahirkannya ke dunia dalam keadaan tak berpakaian dan memakai alat solekan, mengapa manusia kemudian merepotkan dirinya dengan desain pakaian terbaru dan merek alat kecantikan? Adakah mereka tak lagi memercayai Tuhannya? Bukankah kecantikan yang didapatkan dari alat solekan adalah palsu dan dangkal? Bukankah perempuan terpedaya oleh iklan bahwa cantik itu bisa diperoleh dari alat solekan berjenama luar yang mahal?

Tanpa memikirkan kembali apa itu cantik, maka keluarga kita akan tersandera oleh persepsi bahwa kaum remaja dan ibu akan mendapatkan kehormatan dengan menumpahkan segala bedak, gincu dan eye shadow ke mukanya. Mereka akan merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Siapa pun tak bisa menahan haru ketika melihat ibu-ibu dan kaum remaja puteri tak begitu menikmati makan siangnya di warung karena mereka harus begitu hati-hati dengan sesuap nasi yang mungkin merusak riasan ‘wajahnya’. Lalu, cantik itu apa jika ia ternyata hanya membuat pemiliknya tersiksa?

Baca Juga:  Kebebasan

Pertanyaan di atas mendorong saya untuk mendaras karya Naomy Wolf berjudul The Beauty Myth: How Images of Beauty is Used Against Woman yang dibuka dengan kutipan dari Virginia Wolf, It is far more difficult to murder a phantom than a reality. Ungkapan pendek ini memberikan jalan pada kita untuk berkhayal bahwa banyak orang tidak menerima realitas, tetapi membayangkan “hantu” yang senantiasa dirawat untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Jangan-jangan citraan kecantikan hari ini adalah hantu itu?

Naomy menegaskan bahwa secara paradoks mitos kecantikan menawarkan janji gerakan solidaritas, sebuah Internationale. Di mana lagi wanita bisa merasa terhubung secara positif atau bahkan negatif dengan jutaan wanita di seluruh dunia? Gambar-gambar di majalah perempuan merupakan satu-satunya pengalaman budaya perempuan yang dapat mulai memberi isyarat pada luasnya solidaritas yang mungkin di antara perempuan, solidaritas seluas setengah umat manusia.

Ini adalah sedikit berbau bahasa Esperanto, tetapi dengan tidak adanya bahasa mereka sendiri yang lebih baik, mereka harus puas dengan bahasa yang buatan manusia dan didorong oleh pasar, dan yang menyakiti mereka.

Baca Juga:  Keterbukaan

Majalah-majalah itu, tegas Naomy, hanya mencerminkan dilema kita sendiri: Karena sebagian besar pesan mereka adalah tentang kemajuan wanita, banyak mitos kecantikan harus menyertainya dan meredam dampaknya. Karena majalahnya sangat serius, mereka juga pasti sangat sembrono. Karena mereka menawarkan wanita kekuasaan, mereka juga harus mempromosikan masokisme. Karena penyair feminis Marge Piercy menyerang kultus diet di New Woman, oleh karena itu halaman depan harus memberikan lembar menakut-nakuti tentang obesitas.

Kini apa yang ada di majalah telah berpindah ke media sosial yang pengaruhnya jauh lebih kuat. Kecantikan menemukan media yang begitu hidup dalam menghadirkannya karena bisa dinikmati oleh warga internet secara audio visual. Untuk keluar dari mitos kecantikan, pandangan postmodernisme perlu ditimbang. Pemikir postmodern telah menantang standar kecantikan tradisional dan berpendapat bahwa mereka secara sosial dibangun dan dipengaruhi oleh dinamika kekuasaan. Mereka menganjurkan untuk mendekonstruksi dan mendefinisikan kembali kecantikan dengan cara yang mengakui dan merayakan perbedaan individu. 

Pandangan di atas sejalan dengan eksistensialisme, yang menyatakan bahwa kecantikan pada wanita dapat dilihat sebagai manifestasi dari individualitas dan kebebasan mereka yang unik. Eksistensialis menekankan pentingnya pilihan pribadi dan keaslian, yang dapat berkontribusi pada rasa kecantikan wanita. Artinya, setiap perempuan adalah cantik dengan keadaan dirinya yang otentik. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *