KABAR MADURA | Ratusan bahkan ribuan jenis kesenian di Madura, khususnya di Sumenep, masih dilestarikan hingga saat ini, salah satunya musik tradisional kendang di kepulauan.
MOH RAZIN, SUMENEP
Kesenian ini dikenal dengan istilah Dumik atau Kendang Kentil itu diyakini sebagai salah satu musik yang mengandung kekuatan mistis, menolak balak, sehingga nyaris ada di setiap kegiatan.
Moh. Nur Arifin, salah satu personel dan merupakan sesepuh dari grup musik itu menjelaskan bahwa musik sederhana ini digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting, pada zaman dahulu untuk menyambut raja-raja.
“Kalau sekarang misalnya bupati, pasti disambut dengan musik ini,” katanya.
Dia juga mengatakan, grup musik Kendang Kentil itu biasanya dijadikan penyambutan tamu-tamu kehormatan lainnya. Meski terlihat sederhana, ada sisi hebat atau menarik pada musik tradisional tersebut.
“Biasanya musik ini digunakan untuk kepentingan hajatan pernikahan dan acara sakral lainnya, sebab selain simpel musik ini diyakini mempunyai kekuatan,” imbuhnya.
Jenis musik yang didominasi dengan gendang dan jenis alat musik yang dibuat dari logam itu tetap dilestarikan oleh masyarakat kepulauan Sumenep. Salah satunya warga di Pulau Sapeken.
Musik Kendang Dumik itu hanya dimainkan sekitar 4 sampai 5 personel saja, dengan menyanyikan lagu secara bersama-sama. Setiap personel tidak ada yang berperan menjadi vokalis, semuanya adalah memiliki peran yang sama.
Kesenian itu bernuansa sepritual, karena ada doa-doa yang dipanjatkan, dengan harapan membawa keberkahan dan keberuntungan kepada masyarakat sekitar dan penyelenggara acara-acara tersebut.
“Kami berharap grup musik ini terus berlanjut tak lapuk oleh zaman yang sudah serba moderen ini,” imbuhnya.
Dahulu, Kendang Kentil atau Dumik itu juga dijadikan menyambutan raja-raja. Saat ini dijadikan sebagai pengiring dalam acara penyambutan bupati, wakil bupati, dan tamu-tamu istimewa atau kehormatan lainnya.
Redaktur: Wawan A. Husna