Ahmad Sahidah: Dosen Filsafat Keuangan Universitas Nurul Jadid
Pada hari Sabtu 15 Juli 2023, seusai salat magrib, kami, warga kampung, memenuhi undangan Amirulin Najah dan Fitrotul Faizah. Keduanya menggelar tasyakuran kelahiran putranya, Muhammad Salman Nabilul Fikri. Selain membaca salawatan dan mengaminkan doa, kami menyimak tausiyah Kiai Imdad Robbani tentang pentingnya warisan selamatan dalam mengukuhkan nilai-nilai kenabian dan kemasyarakatan.
Sang kiai menegaskan bahwa kehadiran teknologi telah semakin membuat manusia terasing satu sama lain. Dulu, teman-temannya bisa ngobrol 3 jam dengan menyenangkan. Kini, gawai telah merampas kehangatan hubungan dan cenderung menyuburkan individualisme. Tentu, renungan ini dihadirkan untuk kembali mengingat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Setidaknya, syukuran ini merupakan momen untuk menelandankan nabi, bukan sekadar membaca dibaan, dan mempererat hubungan kemanusiaan.
Kata syukur sendiri memiliki arti penting karena lema ini menunjukkan rasa terima kasih pada Tuhan dan manusia. Malah, kekafiran itu pertama kali dikaitkan dengan sikap orang yang tidak berterima kasih. Betapa penghargaan atas apa yang telah kita terima menunjukkan sikap penting untuk tidak mengingkari sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Tanda syukur pada Tuhan diwujudkan dengan pelbagai ibadah.
Sebagai manusia kesyukuran diwujudkan dengan ucapan lisan dan tindakan. Ketika seseorang mengundang warga untuk menghadiri kegiatan ini, ia memberikan suguhan sebagai bentuk perhatian. Tidak hanya itu, di antara sesama warga bisa bertegur sapa dan keluar dari rutinitas yang sering mendatangkan kebosanan. Pendek kata, acara ini tidak hanya mendorong individu untuk tepekur tatkala membaca salawatan, tetapi juga bertemu dengan sesama dalam keadaan berbinar.
Lebih jauh, terima kasih itu juga melibatkan perasaan mendalam dan kesadaran terhadap nilai dan pentingnya apa yang telah diberikan atau dialami oleh seseorang. Ia merupakan respons emosional yang muncul ketika seseorang mengakui aspek positif dari kehidupan, hubungan, pencapaian dan lingkungannya. Setidaknya, dengan meniup kening bayi tatkala berdiri di sela bacaan selawat, masing-masing dalam keadaan sehat walfiat dan orang dewasa mendoakan kesejahteraan anak yang baru lahir.
Tindakan di atas adalah benih kebaikan yang telah didapat oleh bayi dan orang dewasa telah menunjukkan perhatian dengan mengenal nama anak dan orang tua dengan baik. Dari sini, hubungan kemanusiaan di antara tetangga terbangun, sehingga orang-orang yang tinggal di lingkungan perumahan tidak merasa asing satu sama lain. Sebelum pergi jauh, seseorang akan mengenal dan memulai kehidupan dari sekitarnya.
Ada banyak kajian yang menunjukkan bahwa ungkapan terima kasih mempunyai banyak pengaruh, seperti meningkatkan kebahagiaan, memperbaiki kesehatan mental dan emosional, mengurangi stres, memperkuat hubungan sesama serta kesehatan fisik. Kajian yang dimaksud dilakukan melalui banyak disiplin, seperti psikologi sosial, psikologi klinis, dan psikiatri. Melalui penelitian kuantitatif dan kualitatif tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebagai bagian dari anggota masyarakat setiap individu bisa bersama-sama membangun lingkungan yang memungkinkan satu sama lain untuk saling peduli sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Untuk itu, sebagaimana dalam tausiyah, kiai menyampaikan bahwa kegiatan bersama sebagai wujud syukur tidak semestinya memerlukan biaya besar, sebab di Tarim, Yaman, acara peringatan Maulid hanya menyuguhkan air putih dengan satu gelas yang digunakan secara bergantian. Asumsinya, setiap pertemuan yang dihadiri oleh 40 orang, salah satunya adalah wali. Dari seorang wali inilah, jemaah bisa mendapatkan keberkahan. Tentu, kita bisa memahami pesan tersebut secara analogis dan subyektif.
Setidaknya, warga kampung Kebun, Sidodadi, tempat kami tinggal, juga bisa merayakan hari kelahiran nabi di musala bersama-sama seraya membawa makanan dan bertukar bawaan masing-masing setelah acara digelar. Dengan demikian, warga bisa memperingati Maulid dengan sederhana dan penuh khidmat tanpa merogoh kocek yang dalam. Puncak syukur itu adalah menerima diri sendiri dan orang lain secara apa adanya. Setelah mengenal dirinya, ia akan menuju Tuhannya.