Ketua PWI Tegaskan Posisi Independen Wartawan, Humanisme dan PPRA di Acara PMM FWP

KM.ID I PAMEKASAN — Forum Wartawan Pamekasan (FWP) menggelar Pendidikan Melek Media (PMM) ke-1 bertajuk “Pers dan Kesalahpaham Publik” di Aula Pendapa Wakil Bupati Pamekasan, Kamis (27/10/2022).

 

Salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan, Tabri Syaifullah Munir.

 

Dalam kesempatan tersebut, Tabri menegaskan makna independen bagi wartawan di di depan peserta yang hadir. Bahwa wartawan harus independen dalam memberitakan sesuatu.

 

Sikap independen ini, lanjut Tabri, harus ditanamkan dalam diri insan pers agar produk pers terhindar dari keberpihakan pada salah satu pihak tertentu.

 

“Independensi pers artinya tidak ada paksaan dan intervensi dari pihak mana pun ketika wartawan meliput peristiwa, sehingga tulisan sesuai dengan fakta di lapangan,” terangnya, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga:  Butuhkan 316 PPPK, BKPSDM Sumenep: Pelaksanaan Oktober-November 2022

 

Selain soal indenpendensi, Koordinator Liputan (Korlip) Harian Kabar Madura itu juga menjelaskan mengenai pentingnya mengutamakan rasa kemanusian dalam produk pers dengan tagline “humanisme di atas segalanya”.

 

“Salah satu bentuk rasa kemanusian itu dengan menyoroti perilaku oknum yang mengambil hak rakyat, yang seharusnya disalurkan malah dirampas,” tegasnya.

 

Lebih luas lagi, Tabri menerangkan, sikap humanisme itu juga bisa ditunjukkan dengan tidak menyebut identitas anak yang menjadi korban dalam sebuah peristiwa sebagaimana tertuang dalam Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA), yang apabila dilanggar, akan berimbas kepada masa depan mereka kelak.

 

“Contohnya kemarin, wartawan yang lulus UKW tentu tidak mungkin menyebut identitas dan alamat anak dalam peristiwa seorang siswa SMA Negeri Pamekasan naik ke atas genting,” ujarnya.

Baca Juga:  Kopri Pamekasan: 7 Figur Perempuan Ini Layak Pimpin Pamekasan

 

Menurut Tabri, jika PPRA ini dilanggar oleh wartawan, maka bisa saja suatu hari, anak yang menjadi korban ini akan menerima dampaknya.

 

Sebab, lingkungan si anak atau khalayak akan merekam jejak pers yang membeberkan identitas anak ini, dan pada akhirnya akan berdampak kepada psikis si anak.

 

“Begitu juga dalam hal prestasi anak, jangan terlalu dibesar-besarkan, sebab masa depan anak itu tidak ada yang tahu, dan masa-masa anak ini adalah masa labil, dan kita perlu menjaga psikis mereka kelak,” pungkasnya.

 

Reporter: M. Arif

Redaktur: Ongky Arista UA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *