KABARMADURA.ID | Setiap orang memiliki motivasinya sendiri dalam merintis sebuah usaha. Isman Hariyadi (23) justru terdorong oleh kondisi dirinya sebagai anak bungsu dari enam bersaudara. Adat di daerahnya, anak bungsu harus menemani dan merawat kedua orang tua. Sehingga dia tidak bisa merantau.
ALI WAFA, SAMPANG
Isman menjadi sosok santri yang menginspirasi para santri lainnya. Dia memiliki semangat dan jiwa wirausaha yang kuat. Selepas menjadi santri, dia memilih untuk merintis usaha. Karena dia ingin menghidupi keluarganya. Dia ingin menjadi tulang punggung dan merawat kedua orang tuanya.
Dia memutuskan untuk menjalani usaha jahit. Dia belajar menjahit dari guru ngajinya selama seminggu. Kemudian, dia mengikuti sebuah pelatihan menjahit di Pamekasan. Dari pelatihan itu dia memperoleh ilmu sekaligus mesin bordir. Dengan begitu, dia dapat memulai bisnisnya.
“Saya belajar menjahit dari ibu nyai di pesantren. Seminggu saya kursus lalu saya sudah bisa bikin baju,” ungkapnya.
Tidak selesai di situ, Isman kemudian mengikuti pelatihan menjahit di Balai Latihan Kerja (BLK). Dia dua kali mengikuti pelatihan di BLK. Pertama di awal tahun 2022. Kedua di akhir tahun 2022. Saat mengikuti pelatihan pertama dia mendapat tambahan wawasan dan uang tunai Rp350 ribu.
Usai mengikuti pelatihan kedua, dia mendapat tambahan wawasan menjahit dan mendapat bantuan modal berupa uang tunai dan mesin jahit. Mesin jahit satu unit dan uang tunai Rp1,2 juta. Sejak saat itu, dia semakin semangat memulai bisnisnya.
Karena masih baru merintis, tidak banyak omzet yang didapatnya. Rata-rata perolehan omzetnya setiap bulan yaitu Rp500 ribu. Namun di momen-momen tertentu dia mendapat untung banyak. Seperti saat menjelang Hari Raya Idulfitri, dia bisa mendapat omzet Rp1 juta lebih.
“Lebaran dan kalau ada haflah imtihan alhamdulilah lumayan. Kalau imtihan kadang dapat borongan seragam santri,” ujar Isman.
Pilihannya membuka usaha jahit karena dia anak bungsu dari enam bersaudara. Adat di daerahnya, jika anak bungsu dia harus menemani kedua orang tuanya hingga tutup usia. Karena itu, dia tidak bisa merantau atau bekerja di luar daerah. Karena itulah dia merintis usaha sendiri.
Sebagai pemula, dia sadar bahwa dia memiliki pesaing bisnis yang tidak sedikit. Namun, dia berkomitmen untuk terus mengembangkan potensinya. Sehingga, dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan mampu menarik perhatian pelanggan.
Redaktur: Moh. Hasanuddin