KABARMADURA.ID | Pahlawan lingkungan. Tidak berlebihan menyematkan gelar tersebut pada Slaman. Pria kelahiran tahun 1970 itu. Sebab, kepeduliannya terhadap lingkungan terbukti adanya. Ia menjelma pahlawan lingkungan disebabkan kegelisahannya melihat kondisi di daerahnya. Sebagai masyarakat di pesisir pantai, ia sering melihat fenomena yang tidak mengenakkan. Mulai dari banyaknya tambak yang jebol, air laut yang masuk ke pemukiman warga, dan fenomena lainnya. Fenomena itu, akhirnya membuat dirinya tergerak untuk melindungi lingkungannya.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Pada tahun 1986 kerusakan yang terjadi terus-menerus di pesisir pantai membuatnya resah. Bersama sang ayah, ia akhirnya mulai melakukan perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lagi di daerahnya. Slaman mulai menanam mangrove dan secara rutin melakukan kegiatan bersih-bersih di sekitar pesisir tempatnya tinggal yakni, di Desa Lembung, Kecamatan Galis. Baginya, mangrove adalah bagian dari kehidupan manusia. Perjalanannya sebagai aktivis lingkungan tidak berjalan secara mulus. Mangrove yang ia tanam kerap kali dirusak oleh warga sekitar.
“Pada tahun 1986 itu, saya mulai menanam mangrove bersama bapak. Banyak yang dirusak sama warga. Terlebih ketika bapak meninggal, kerusakan semakin sering terjadi. Bahkan, pos pantau yang sempat saya dirikan untuk para nelayan salat atau istirahat dirusak,” terangnya.
Pada tahun 1999, ia harus melanjutkan perjuangannya seorang diri. Sebab, ayahnya sudah meninggal dunia. Kendati ikhtiarnya tidak berbanding lurus dengan sikap masyarakat sekitar yang saat itu belum memiliki kesadaran terhadap lingkungan, ia tetap optimis bahwa kelak dirinya bisa membawa perubahan lebih baik untuk lingkungan dan masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, dirinya berinisiatif untuk membuat kelompok peduli lingkungan yang dikhususkan kepada ibu-ibu. Sebab saat itu, rata-rata yang merusak pohon mangrove adalah ibu-ibu. Harapannya agar masyarakat memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Tepat pada Oktober 2010, ikhtiarnya berbuah manis. Dirinya berhasil mengajak sekelompok ibu-ibu untuk sadar dan cinta terhadap lingkungan. Dirinya memberikan pemahaman, edukasi, dan pembinaan terkait pelestarian mangrove. Alhasil, ia kini tidak berjuang sendiri. Bersama sekelompok ibu-ibu itu, ia melestarikan mangrove untuk menjaga ekosistem laut dan kampung halamannya.
Selama 32 tahun berjuang sebagai aktivis peduli lingkungan, banyak hal yang berhasil ia torehkan. Salah satunya, ia berhasil membuat produk kopi dari biji mangrove yang ia tanam di pesisir pantai. Kopi mangrove itu, juga sudah dipasarkan di pasar nasional. Selain itu, atas kegigihannya menjaga lingkungan laut, ia juga menginspirasi banyak orang. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang membentuk komunitas peduli lingkungan serupa dengannya.
“Harapannya, semua orang bisa sadar, bahwa dalam menjaga lingkungan ini adalah tanggung jawab kita bersama, bukan perorangan ataupun berkelompok tertentu. Terutama soal laut,” ungkap pria yang pernah mendapat penghargaan wana lestari tingkat provinsi jawa timur oleh dinas kehutanan pada tahun 2022 itu.
Prestasi Slaman
- Penghargaan sebagai tokoh pelestari lingkungan oleh bupati Pamekasan pada tahun 2016
- Juara 1 wana lestari wilayah Sumenep tahun 2022
- Juara 1 wana lestari tingkat provinsi jawa timur oleh dinas kehutanan pada tahun 2022
- Penghargaan terbaik kedua perintis lingkungan pada tahun 2008 oleh gubernur Jatim
- Penghargaan penghijauan terbaik tahun 2010 oleh bupati Pamekasan
- Penghargaan kementerian lingkungan hidup wana lestari 2022 sebagai juara 1 terbaik tingkat nasional kategori KKA
Redaktur: Moh Hasanuddin