“Terinspirasi dari teman. Kita sering bercerita soal kegiatan kita masing-masing. Akhirnya saya punya inisiatif untuk berkebun sayur juga…,”
KABARMADURA.ID | Banyak peluang menjadi seorang pengusaha, salah satunya sayuran hidroponik. Peluang bisnis di bidang pertanian itu didongkrak tren masyarakat yang semakin sadar akan hidup sehat. Semua kalangan menyukainya, termasuk milenial. Alfina Haula, salah satu pelaku usaha yang sukses mengembangkan bisnis sayuran hidroponik di Pamekasan.
SAFIRA NUR LIALY, PAMEKASAN
Perempuan asal Desa Ceguk, Kecamatan Larangan Tokol ini tidak memiliki latar belakang pengusaha. Namun, berkat kerja keras dan kerja cerdas, semangat yang terus dipupuk, pantang putus asa dalam menghadapi setiap rintangan yang ada, dia mampu bermetamorfosa sebagai seorang yang mampu mengembangkan usaha sayuran hidroponik, yang awalnya belajar secara otodidak.
Alfina Haula mengembangkan usahanya itu karena terinspirasi dari salah seorang temannya yang memiliki kegiatan berkebun. Dari cerita sang teman itulah, ia tergugah untuk turut berkebun, yakni dengan hidroponik. Menurutnya, sistem tersebut lebih mudah dan efisien dari pada berkebun seperti biasa.
Mulanya, ia menanam bayam merah sebanyak 120 bibit. Sayur itu, ia niatkan hanya untuk dikonsumsi pribadi. Namun, saat membagikan hasil panen sayur hidroponiknya kepada warga sekitar, justru mereka banyak yang ingin membelinya lagi. Dari situlah, Alfina Haula memperbanyak tanaman hidroponiknya.
“Terinspirasi dari teman. Kita sering bercerita soal kegiatan kita masing-masing. Akhirnya saya punya inisiatif untuk berkebun sayur juga. Awalnya untuk konsumsi pribadi, tapi ketika dibagikan ke orang-orang, responnya malah bagus, bahkan ada yang bilang mau beli. Jadilah usaha itu,” katanya kepada kabar Madura, Senin (19/6/2023).
Pemilik brand Petik Hidroponik ini mengaku, berawal dari ratusan tanaman bayam merah, kini usaha itu berkembang menjadi belasan ribu tanaman selada. Diubahnya jenis sayuran itu, kata perempuan yang kerap disapa Fina itu, dikarenakan melihat peluang. Menurutnya, tidak ada petani selada di kawasannya. Selama ini pedagang di pasar menyuplai dari luar Madura, sehingga kualitas sayurnya kurang bagus.
Fina mengungkapkan, kualitas sayur yang dihasilkan menjadi prioritas utama. Maka tak heran, jika dirinya melakukan beberapa perawatan rahasia khusus pada setiap tanaman hidroponiknya itu.
Dari usahanya itu, dalam sehari, Fina bisa mendapatkan pesanan sekitar 30 hingga 40 kilogram sayur. Sayuran yang dijualnnya itu, perkilonya bandrol Rp27.000 rupiah. Artinya, selama sebulan, Fina bisa meraup omzet Rp24 juta hingga Rp30 juta perbulan. Meski pemasarannya masih dalam ruang lingkup Madura.
Pengusaha yang memulai usahanya sejak tahun 2018 itu mengaku, pernah ditipu oleh rekan hidroponeker dari luar daerah. Saat itu, kata Fina, ia diminta untuk mengirimkan sayurnya dengan jumlah yang cukup banyak. Namun, tidak ada pembayaran yang ia terima satu rupiah pun. Hal itu, tentu membuatnya rugi.
“Pernah juga gagal panen. Pada Oktober 2022 hingga Maret 2023 kemarin, gagal panen. Ruginya Rp8 juta perbulan. Jadi, selama enam bulan rugi sekitar Rp48 juta. Gagal panennya karena hama dan perubahan cuaca. Ke depan ingin bangun konsep grees house, tapi nunggu modal.” ungkap Fina.
Redaktur: Moh. Hasanuddin