Koloman K-Sap Jadi Wadah Berbagi Pengalaman untuk Kemajuan Usaha Para Pengusaha Sablon di Pamekasan

News138 views

KABARMADURA.ID | Dalam menjalankan usaha, keberadaan komunitas itu penting. Sebab, dengan adanya komunitas, paling tidak akan memberikan feedback. Baik feedback berupa saran, kritikan, bahkan motivasi dari dan terhadap masing-masing mereka yang ada dalam komunitas tersebut. Hal demikian, rupanya menjadi pecut semangat bagi para pengusaha sablon di Kabupaten Pamekasan. Mereka mengembangkan usahanya dengan saling berbagi dalam sebuah komunitas bernama Komunitas Sablon Pamekasan (K-Sap). 

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN 

Sejak berdiri 2017 lalu, K-Sap memang berorientasi untuk menjaga hubungan emosional antar pengusaha sablon di Bumi Ratu Pamelingan. Keberadaan mereka di wadah itu tidak saling bersaing, justru mereka saling berkolaborasi satu sama lain untuk kemajuan usaha sablon mereka.

Baca Juga:  Sasaran Program BPJS Ketenagakerjaan Khusus Buruh Tani di Sumenep Bakal Berubah, Penerima Sebelumnya Harus Bayar Secara Mandiri

“Kita saling membantu dan saling berbagi. Misal, ada salah satu di antara kita dapat orderan dan sedang kekurangan bahan, kita bantu lengkapi. Tidak hanya itu, misalnya butuh cat, kaos, atau lainnya, kita saling melengkapi,” kata Humas K-Sap Imron Sayyadi. 

Banner Iklan

Menyadari banyaknya kompetitor pengusaha sablon di bumi Gerbang Salam ini, komunitas yang beranggotakan 9 pengusaha itu terus mengasah kemampuannya melalui beberapa pelatihan terkait sablon. Seperti bagaimana membuat hasil produksinya lebih berkualitas, manajemen keuangan, cara menarik pelanggan, dan lainnya. Pelatihan itu dilakukan secara estafet oleh masing-masing anggota. 

“Selain menjaga silaturahmi, juga ada pelatihan terkait persablonan. Sistemnya seperti koloman. Setiap bulan pasti dapat giliran untuk mengadakan pelatihan itu,” ujar pria asal Desa Bulangan Haji itu. 

Baca Juga:  Askab PSSI Sumenep Rencanakan Kompetisi Antarkecamatan untuk Semua Level Usia

Dia menyadari, usaha sablon di komunitasnya yang masih manual bukan tidak mungkin akan digeser oleh sablon digital yang lebih praktis. Karenanya, untuk dapat mengembangkan usaha dan terus berinovasi agar tidak kalah saing dengan kompetitor yang memiliki sablon digital, mereka terus menggembleng diri lewat komunitas yang mereka bentuk bersama-sama dalam memajukan usahanya tersebut.

“Kalau kita pindah ke digital, gak bakal ada pelatihan dan pertemuan rutin di komunitas ini. Karena yang digital lebih praktis, ” ungkapnya. 

Redaktur: Moh. Hasanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *