KABARMADURA.ID | Rumah Budaya (RB) memang bukan satu-satunya komunitas yang bergerak di bidang seni dan budaya di Bumi Ratu Pamelingan. Apalagi, di Pamekasan ada puluhan komunitas seni dan budaya yang gerakannya hampir serupa antara satu dengan lainnya. Kendati demikian, RB memiliki keunggulan tersendiri, sebab memiliki tekad kuat dalam mengembalikan marwah kebudayaan warisan leluhur melalui pelestarian budaya.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Tidak menghilangkan bahasa ibu, itulah yang menjadi poin penting dalam komunitas yang baru berusia satu tahun ini sejak berdiri pada Februari 2022 lalu. Selama satu tahun, RB terus menerus mengkampanyekan budaya Madura, khususnya Pamekasan.
Pendiri sekaligus ketua Rumah Budaya Arief Wibisono mengatakan, komunitas yang dikelolanya tidak hanya fokus pada benda-benda peninggalan. Namun juga melestarikan warisan leluhur, berupa non benda seperti ajaran sikap. Menurutnya, warisan benda ataupun non benda, keduanya sama-sama bagian dari kebudayaan yang harus dilestarikan.
Arief mengakui, budaya adalah sebuah identitas yang harus tetap terjaga. Dengan begitu, pihaknya telah menjaga marwah warisan leluhur. “Sejauh ini warisan leluhur yang kita lihat adalah keris. Tapi dalam waktu dekat, kami akan mencari warisan leluhur lainnya, seperti celurit, topeng, dan lainnya, ” terangnya, Minggu (26/3/2023).
Arief menyadari, kearifan lokal di lingkungannya sudah tertindih oleh transformasi budaya luar. Namun, komunitasnya bertekad akan terus melestarikan dan mengenalkan kearifan lokal, utamanya di sekitarnya. Misalnya, dengan konsisten merawat keris, jamasan keris, dan menempa keris serta melakukan kirab budaya.
Melalui RB ini, Arief berharap kearifan lokal di Pamekasan tetap terjaga. Sehingga, eksistensi marwah warisan leluhur tetap ada. “Target ke depan, masing-masing kecamatan ada Rumah Budayanya. Karena tujuan kami, tidak ingin menghilangkan bahasa ibu,” ujarnya.
Redaktur: Moh. Hasanuddin