Konsisten Jaga Kepuasan Pelanggan, Ulifa Raup Jutaan Rupiah Per Bulan dari Usaha Ronce Melati 

News121 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | Berbekal kreativitas yang dimiliki, seseorang bisa membuka usaha dengan apik. Ulifatul Maulidiyah salah satu contohnya. Warga asal Desa Trasak, Kecamatan Larangan ini menggunakan kemampuannya dalam menghasilkan kerajinan tangan hingga bisa menjadi ladang bisnis. Kini, dia cukup terkenal dengan ronce melati yang dibuatnya.

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN

Banner Iklan

Ketenaran Ulifah sebagai pengrajin ronce melati bermula dari mulut ke mulut. Awalnya, dia hanya mendapatkan satu pesanan dari teman saudaranya. Pesanan kedua datang dari teman sang pemesan pertama, begitupun seterusnya hingga dia cukup banyak mendapatkan pelanggan hingga sekarang. Ibu dari satu anak ini mengaku, awal mula merintis usahanya tersebut pada tahun 2016. Saat itu, dia masih berstatus mahasiswa.

Baca Juga:  Relokasi Pasar Srimangunan, Pemkab Sampang Enggan Beri Kompensasi Pedagang

“Awalnya dari temennya sepupu yang tiba-tiba pesan untuk pernikahan. Tak lama kemudian, temennya dia juga pesan, terus seperti itu. Bisa dibilang dari teman ke teman pesanan itu mulai bermunculan,” jelasnya, Senin (30/10/2023).

Melalui ronce melati yang dibuatnya itu, Ulifah berhasil meraup penghasilan rata-rata Rp6 juta setiap bulan. Utamanya ketika saat bulan-bulan yang dianggap sakral dalam melaksanakan pernikahan. Diungkapkan, ronce melati buatannya itu tidak hanya untuk pelengkap hiasan kepala pengantin saja. Akan tetapi juga bisa untuk aksesoris ketika siraman orang hamil tujuh bulanan atau aksesoris untuk acara bayi.

Baca Juga:  Anggaran Pengadaan Hewan Kurban di Sampang Tembus Rp690 Juta

Terdapat beberapa model yang dia buat, di antaranya model tetes, solor, dan lilin. Inspirasi model itu dia dapat secara otodidak. Sayangnya, dia tidak bisa menerima orderan di wilayah yang cukup jauh. Pasalnya, melati yang dibuatnya hanya mampu bertahan tiga hari. Jika lebih dari itu, maka berpotensi akan layu.

“Paling jauh hanya di Bangkalan. Karena kalau sudah tiga hari akan layu sebelum digunakan. Biasanya dikasih es batu, atau disimpan di tempat yang dingin,” tukasnya.

Pewarta: Safira Nur Laily

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *