Konsistensi  KTH Sabuk Hijau Peduli Lingkungan, Merawat Mangrove hingga Menghasilkan Produk UMKM

News10 views

KABARMADURA.ID | Ada berbagai macam cara yang dilakukan dalam penyelamatan lingkungan, misalnya merawat, membenahi, menjaga, dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan tentu atas kesadaran masing-masing individu ataupun sekelompok orang.  Di Pamekasan, terdapat sebuah kelompok yang hidupnya tidak pernah lepas dari perilaku di atas. Bernama Kelompok Tani Hutan (KTH) Sabuk Hijau Pemaksan, kelompok ini aktif dalam melakukan penyelamatan lingkungan, khususnya dalam pesisir pantai dengan konsisten menanam mangrove.

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN 

KM10082023
COVER 09 AGUSTUS 2023-1@1x_1
KM07082023
KM03082023

Kelompok Tani Hutan (KTH) Sabuk Hijau Pemaksan mulai disahkan sejak tahun 2014 silam. Alasan didirikannya komunitas lingkungan itu bermula dari banyaknya pengrusakan yang dilakukan dengan sengaja oleh masyarakat sekitar terhadap kawasan di pesisir pantai Desa Lembung, Kecamatan Galis. 

Ketua sekaligus pendiri KTH Sabuk Hijau Slaman mengatakan, sejak bertahun-tahun dirinya melihat pemandangan pesisir di daerahnya selalu dirusak. Mulai dari pemotongan pohon mangrove yang kemudian dijadikan kayu bakar, sering terjadi abrasi, bahkan petani garam selalu gagal sebab wilayah tambaknya terhantam ombak. Kejadian tersebut membuat pria kelahiran 1970 itu mendirikan komunitas lingkungan yang gerakannya fokus pada penyelamatan lingkungan. 

Baca Juga:  Pola Realisasi PKH Berubah, Dinsos Pamekasan Gencar Gelar Sosialisasi

“Saya gandeng ibu-ibu untuk gabung dalam kegiatan penyelamatan lingkungan ini. Karena awalnya, dari emak-emak ini  yang selalu merusak. Awalnya ditolak, mereka tidak mau. Tapi perlahan, mereka mau bergabung. Hingga kini ada 35 anggota, ” terangnya. 

Tidak main-main dengan visi misinya, KTH Sabuk Hijau merawat pantai sekitar dengan beragam kegiatan, seperti pembibitan, penanaman, pengawasan, dan pengamanan. Sedikitnya, dalam satu tahun Salaman dan anggotanya melakukan penanaman sebanyak 3 kali dengan 3000 pohon per tahap. 

Salaman mengungkap, area tanam yang sudah dilakukan penanaman seluas 46 hektar. Selain itu, pihaknya juga melakukan penanaman di area luar Pamekasan. “Pusatnya di Lembung, tapi kami juga lakukan penanaman atau pembibitan di luar Pamekasan. Kalau di Pamekasan, hampir semua pantai sudah dilakukan penanaman. Bekerjasama dengan pihak lain,” tambahnya. 

Baca Juga:  Program Digitalisasi di DPK Pamekasan Mandek

Pihaknya juga tidak segan-segan menindak tegas orang yang merusak pohon mangrove di sekitarnya. Bahkan hingga dibawa ke ranah hukum. Slaman menceritakan, suatu ketika, ada seorang yang dengan sengaja menebang pohon mangrove dengan alasan mencari ulat mangrove yang menempel di akar pohon. Menurutnya, ulat tersebut mahal jika dijual. Dirinya langsung melaporkan yang bersangkutan ke polsek setempat untuk ditindak lebih lanjut.

“Akhirnya mereka mau buat surat pernyataan untuk tidak melakukan penebangan pohon mangrove lagi, ” ceritanya. 

Disamping itu, KTH Sabuk Hijau juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan mengelola produk kopi dan teh mangrove. Olahan itu telah berhasil tembus pasar global, seperti Jepang, Malaysia, dan beberapa wilayah lainnya. Selama ini, pihaknya memanfaatkan beberapa marketplace untuk memasarkan produknya tersebut. 

“Penamaan Sabuk hijau itu karena awalnya saya melihat pohon di sekitar pantai itu kayak sabuk. Jadi, saya namai KTH Sabuk Hijau, ” terangnya. 

Redaktur: Moh. Hasanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *