KABAR MADURA | Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Pamekasan akan digelar pada 27 November 2024 mendatang. Kini mulai bermunculan figur potensial yang akan maju sebagai calon bupati dan wakil bupati. Namun, dari figur yang muncul tersebut, tidak satu pun dari kaum perempuan.
Melihat kondisi itu, Ketua Korps Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Putri (Kopri) Pamekasan Maftuhah sangat menyayangkan. Lantaran, bursa calon bupati dan wakil bupati Pamekasan hanya didominasi kaum laki-laki.
Padahal, menurutnya, Pamekasan tidak kekurangan stok figur perempuan potensial dan kenyang pengalaman yang bisa maju sebagai kandidat calon bupati dan wakil bupati. Dia menyebut seperti Nurul Widiastuti, yang pernah menjabat sebagai Plt. Sekretaris Daerah (Sekda) Pamekasan, Nayla Hasanah Baddrut Tamam selaku mantan Ketua TP PKK Pamekasan, dan Yuni Lailatul Fitriyah, istri mantan Wakil Bupati Pamekasan Raja’e.
Selain itu, ada Ketua Muslimat NU Pamekasan Nyai Hj. Mafrudah, Ketua Fatayat NU Pamekasan Nyai Siti Mailah, Ketua Forum Kerukunan Wanita Umat Beragama (FKWUB) Pamekasan Maghfiroh, dan Ketua Aisyiyah Pamekasan Mutmainnah.
“Saya rasa mereka cukup mumpuni dan layak menjadi salah satu calon bupati atau wakil bupati Pamekasan di Pilkada 2024 ini,” ujarnya, Rabu (17/4/2024).
Alumnus IAI Al Khairat Pamekasan itu menegaskan, pertimbangan keterwakilan perempuan menjadi sangat penting. Sebab, perempuan itu memiliki kemampuan mengidentifikasi kepentingan-kepentingan khusus perempuan, yang nyaris tidak mungkin dimiliki oleh laki-laki. Selain itu, juga untuk menekan anggapan adanya perbedaan hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan politik.
“Saya rasa keterwakilan perempuan harus ada, dalam rangka meningkatkan kualitas perpolitikan kita,” tegasnya.
Dia meyakini, keterwakilan perempuan dalam kancah politik Pamekasan akan sangat baik dan menginspirasi banyak perempuan muda. Setidaknya akan memunculkan stigma baru bahwa perempuan Pamekasan juga bisa bersaing.
“Jika di Pilkada tahun ini ada keterwakilan perempuan yang menjadi salah satu calon, maka ini akan sangat baik untuk Pamekasan ke depan” imbuhnya.
Terpisah, Pengamat Politik Muhammad Ali Al-Humaidy mengutarakan, peluang keterwakilan perempuan bergantung pada beberapa hal, di antaranya modal pengalaman politik, basis massa, intelektual, dan materi.
Menurutnya, ruang perempuan untuk menduduki jabatan politik sangat berat. Apalagi faktanya, tantangan kultural merekonstruksi bahwa laki-laki sebagai pemimpin.
“Potensi tetap ada dan tidak ada larangan sama sekali, karena bagian dari hak politik. Hanya untuk lebih maksimal dan menang, modalnya tidak semata-mata popularitas, namun juga harus diimbangi dengan elektabilitas,” papar wakil rektor IAIN Madura tersebut.
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Sule Sulaiman