SEKELOPAK RINDU
Suara itu masih berdengung di telingaku
Menyambar lalu membawanya berseteru
Pada sekelopak rindu yang termangu
Hingga suatu hari terpaksa menjadi abu
Kita semula ibarat lengkung pelangi
Saling berbagi warna indah menerangi
Melukis cerita bahagia di bumi ini
Sayangnya, warna pun bisa mati
Rindu masih membuncah sepi
Retak bersuara seakan menyanyi
Sebuah lagu pilu tentang pupus elegi
Hingga kata kita menjadi asing lagi
KAMU DAN PUISI
Kala hiperbolaku tak kan sampai
Atas teduh kasihmu yang rinai
Ibarat angin menyapu pantai
Begitu sejuk tanpa ada kata usai
Kita terajut bagai sebuah bait puisi
Saling menyempurnakan rona mimpi
Tertawa lepas menyambut mentari
Hingga lenyap detak napas ini
Kalau aksara akan selalu membisu
Maka hatiku berbisik tentangmu
Menjadikanmu diksi paling syahdu
Dalam sepanjang lintasan kalbu
DERMAGA LUKA
Kita pernah terluka hingga goyah
Terambing getir setiap melangkah
Di ambang rapuh yang mendarah
Hingga hilang percaya dan gundah
Hingga akhirnya kutemukan dia
Bukan lentera yang menyala
Tidak seperti rembulan di langit sana
Sebab, yang kutaku engkau berbeda
Kasihmu hidup bagai denyut nadi
Tuturmu menyemat lengkung pipi
Frasa yang ada tak mampu kupungkiri
Jika kau hidup bagai penawar sunyi
Oleh: Dita Dwi Cahyani (Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel/ penulis 8 buku solo)