KABARMADURA.ID | SUMENEP-Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep Masdawi merasa kesal dengan pelaksanaan program Santri Entrepreneur yang dinilai tidak jelas hasilnya atau outputnya.
Kata politisi Partai Demokrat itu, berkaca pada hasil pelatihan yang berjalan dua tahun terakhir, mulai dari tahun 2021 hingga 2022, tidak jelas outputnya. Bahkan dia menyebut bahwa identitas alumni pelatihan santri entrepreneur itu sangat nihil indikatornya.
Sementar anggaran miliaran rupiah disediakan setiap tahun. Hal itulah yang membuat dia kecewa. Dia juga menemukan realitas bahwa pelatihan itu juga belum dirasakan betul oleh para santri pasca selesai mengikuti sejumlah pelatihan.
Yang membuatnya lebih geram, ditemukan bahwa pelatihan itu tidak diikuti oleh santri murni, tetapi ada yang sudah berstatus sebagai alumni.
“Kalau memang itu pelatihannya jelas, paling tidak ada dampak positif di pesantren dan pelatihannya harus di pesantren,” kata Maswadi, pria asal Kepulauan Gili Iyang itu, Senin (11/9/2023).
Jika pelaksanaannya di pondok pesantren, kata Masdawi, maka sarana dan prasarananya yang digunakan bisa dari hasil kerja sama dengan pihak pesantren setempat.
“Sewa tempat, makan dan minum (minum) bisa minta ke pesantren, nah dana itu kan bisa terserap dan bermanfaat untuk pesantren,” kata Masdawi.
Saat ini, Masdawi juga mengeritik progres dari program Santri Entrepreneur yang tidak berkesinambungan. Dia mencontohkan, seperti pelatihan pembuatan batik, seharusnya tahun selanjutnya harus mendapatkan alat.
“Karena di pesantren ini, santri keluar dari pesantren saya menginginkan bisa mandiri,” tuturnya.
“Tapi kalau pelatihannya ini nggak jelas, kan eman juga anggaran besar itu. Saya kira program Santri Interprenuer ini kurang pas,” imbuh Masdawi.
Mestinya, Masdawi melanjutkan, jika program Santri Entrepreneur ini sudah memiliki produksi, harus jelas letak dan lokasinya di mana. Harus ada identitas dan itu yang menjadi indikator keberhasilan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep itu.
“Pastinya kita angkat. Kemudian, setelah hasil kerajinan ini selesai, di mana tempat produksi atau UMKM-nya. Kan tidak ada selama ini,” tanya Masdawi bingung.
Meski demikian, pihaknya tidak menampik, hanya ada satu orang yang sukses mengikuti pelatihan program Santri Entrepreneur itu. Tetapi itu kan tidak imbang dengan anggaran miliaran yang dihanguskan.
“Saya tahu orangnya kok, cuma satu dan sukses. Saya menginginkan, jika memang program itu menghasilkan perubahan bagi pertumbuhan masyarakat siapa tidak suka. Paling tidak ada kesinambungan dan outputnya jelas, biar tidak terkesan buang anggaran,” papar dia.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Moh. Iksan mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya sudah memantau hasil dari pelatihan tersebut. Dia memastikan tahun ini sudah melibatkan pesantren-pesantren di Sumenep.
“Jadi seperti pelatihan membatik, alhamdulillah banyak hasilnya. Apalagi pembuatan blangkon dan menjahit banyak.
Iksan mengakui bahwa program Santri Entrepreneur ini belum bisa dikatakan 100 persen berhasil selama 2 tahun berjalan. Menurutnya, program tersebut menjadi ikhtiar yang dilakukan untuk realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang harus dilaksanakan.
“Jadi pelatihan membatik sudah selesai untuk tahun 2023. Banyak kok hasilnya, yang tahun 2022 banyak orang sudah memilikinya, seperti produk blangkon,” tutur Iksan.
Sementara itu, secara teknis, terkait data dan pesantren-pesantren yang menjadi sasaran pelatihan tersebut, artinya yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut adalah KNPI Sumenep.
Saat ini, Iksan mengatakan, sudah fokus pada pelatihan membatik. Pihaknya menargetkan, harga batik tersebut nantinya sudah cukup di atas rata-rata untuk di jual ke luar Kabupaten Sumenep.
“Jadi tidak sembarangan. Batik tersebut nantinya lebih men-ciri-khas-kan Sumenep, kemudian harganya cukup mahal untuk di jual ke luar,” tandasnya.
Diketahui, pada anggaran tahun sebelumnya, program Santri Entrepreneur menyentuh angka Rp1 miliar. Sementara di tahun 2023, Disbudporapar Sumenep kembali menganggarkan program Santri Entrepreneur menjadi Rp1,2 miliar.
Pewarta: Moh. Razin
Redaktur: Wawan A. Husna