LPPNU Pamekasan Sukses Merintis Bengkel Sapi Janda

News202 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Program Bengkel Sapi Janda yang digagas oleh Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Pamekasan mampu meraup keuntungan ratusan  juta. Hal tersebut diungkapkan Ketua LPPNU Pamekasan KH. Ilzamuddin, Selasa (29/11/2022).

Menurutnya, program Bengkel Sapi Janda merupakan penggemukan sapi dengan waktu yang singkat. Dari puluhan sapi yang dikelola, bisa gemuk dalam waktu empat bulan. Sapi-sapi itu mengalami perkembangan sekitar 1,5 kg per hari. Proses penggemukan dilakukan sesuai standar operasional (SOP) yang berlaku.

Kharisma 2

Seperti memberikan jamu tradisional khas Madura setiap seminggu dua kali dan beberapa treatment pemeliharaan khusus. Program Bengkel Sapi Janda dikelola sejak tahun 2021 ini, mampu menghasilkan 70 ekor sapi dalam sekali panen. Sedangkan hasilnya, bisa mencapai Rp7 juta per ekor.

Baca Juga:  Jumlah Kunjungan Perpusda Pamekasan Menurun, Legislatif: Sediakan Literatur yang Menarik!

“Rata-rata per ekor untungnya Rp3 juta, sudah termasuk dipotong pakan, kandang, dan perawatan lainnya. Kalau kotornya, sekitar  Rp7 juta. Jadi dalam sekali panen, Rp3 juta itu dikali 70 ekor sapi,” ujarnya kepada Kabar Madura.

Pihaknya menjelaskan, modal awal untuk membentuk program Bengkel Sapi Jandi hanya ada 60 ekor sapi Madura dan 11 ekor sapi limosin atau sekitar Rp600 juta. Biaya itu,  tidak termasuk biaya kandang. Melalui pemeliharaan yang tepat, selama hampir dua tahun Bengkel Sapi Janda  semakin berkembang.

“Ini sebagai bentuk ketahanan pangan. Selain mendapatkan tambahan daging, juga bisa mendapatkan berbagai macam manfaat lainnya. Seperti menghasilkan pupuk organik dari kotoran sapi. Apabila dikalkulasi selama empat bulan, bisa menghasilkan 400 karung pupuk organik dengan harga terjangkau di kalangan  masyarakat sekitar,” tuturnya.

Baca Juga:  Luas RTH Sumenep Tidak Bertambah sejak 2022

Ditegaskan, sudah banyak berinovasi dalam proses pemeliharaan penggemukan sapi. Sehingga diharapkan, bisa lebih banyak menghasilkan pupuk organik. Bahkan kedepannya, mampu menciptakan wisata tematik pertanian dan wisata petik sayur organik, seperti selada tanpa bahan kimia. (*)

Reporter: KM 65

Redaktur: Totok Iswanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *