Melawan! Warga Gersik Putih Kembali Pukul Mundur Alat Berat dan Pekerja

News249 views
Banner Iklan

KABARMADURA.ID | Sumenep — Alat berat yang ketika datang bersama sejumlah pekerja, kembali merapat ke Desa Warga Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Sumenep, Jawa Timur untuk menggarap tambak garam yang ditolak warga.

Akhirnya, ratusan warga Desa Gersik Putih kembali mengusir paksa alat berat dan pekerja dari lokasi pembangunan tambak garam di kawasan laut desa setempat, Sabtu (20/5/2023).

Investor yang difasilitasi Pemerintah Desa setempat kembali mendatangkan alat berat menuju lokasi di tengah gejolak penolakan warga. Bahkan, kali ini datang bersama sejumlah pekerja.

Para pekerja didatangkan dari luar desa, guna memasang bambu dan pengerukan laut dengan menggunakan excavator untuk membuat tanggul.

Akibatnya, cekcok antara warga yang menolak dan pekerja tak terhindarkan. Karena pekerja sempat memaksa untuk melakukan pekerjaan penggarapan lahan garam.

Baca Juga:  85 Orang Lolos Seleksi Administrasi Rekrutmen Bawaslu Jatim

Di lokasi, pihak kepolisian bersiaga untuk memastikan tidak terjadi bentrok antara warga dengan pekerja yang datang.

”Aksi warga ini semata-mata untuk melindungi supaya laut tetaplah laut, tidak dijadikan bangunan apapun termasuk tambak garam,” kata Ketua Gerakan Masyarakat Tolak Reklamasi (Gema Aksi), Amirul Mukminin.

Disampaikan, pihak penggarap memaksakan kegiatannya untuk membuat tanggul-tanggul sebagai batas penguasaan atas lahan tersebut. Pasalnya, dalam waktu dekat, Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan turun ke lokasi untuk memastikan kawasan berseripikat hak milik (SHM) adalah daratan atau lautan.

”Waktu kami demo ke BPN untuk membatalkan SHM yang menjadi alasan penggarap membangun tambak, akan turun minggu depan untuk memastikan laut atau darat. Makanya, sepertinya penggarap mengejar waktu agar sebelum BPN turun, sudah ada tanggul-tanggul pembatas,” paparnya.

Baca Juga:  Diskan Pamekasan Pastikan Tidak Ada Pengembalian Anggaran

Dipastikan Amirul, warga tetap memantau aktivitas pekerjaan dengan melakukan patrol dan siaga di kampung siang dan malam guna memastikan, bahwa tidak ada penggarapan.

Menurutnya. kawasan laut tersebut tetap harus terlindungi supaya tidak berubah bentuk, apalagi menjadi tambak garam.

”Karena jelas dampaknya kepada masyarakat lingkungan sekitar. Ekosistem laut akan rusak, perkampungan terancam banjir rob, dan abrasi, serta sumber penghasilan warga akan hilang,” ucapnya.

Redaktur: Fathor Rahman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *