KABARMADURA.ID | PAMEKASAN-Haul ke-90 RKH. Abdul Hamid bin Itsbat yang digelar Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al-Hamidy Pondok Pesantren (Ponpes) Banyuanyar berjalan khidmat. Kegiatan yang dihadiri berbagai tokoh dari berbagai penjuru Nusantara itu terpusat di halaman Pesantren Alhamidy atau Pesantren Banyuanyar Dhelem Timur, Minggu (9/4/2023).
Setidaknya ada sekitar 50 ribu orang lebih yang memadati pelaksanaan haul. Mereka datang dari Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
Selain para kiai, tampak pejabat; antara lain Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim) Emil Dardak, Wagub Kalimantan Timur (Kaltim) Hadi Mulyadi dan Bupati Penajam Paser Utara Hamdam Pongrewa, serta para anggota legislatif dari pusat hingga daerah.
Acara ditutup dengan buka bersama para jama’ah yang tumpah ruah memenuhi area seluas 10 hektar dari ujung Dhalem Timur (LPI Al-Hamidy PP Banyuanyar) hingga Dhalem Barat (LPI Darul Ulum PP Banyuanyar).
RH Abbas Muhammad Rofi’i selaku ketua panitia menyampaikan, suksesnya pelaksanaan haul tersebut berkat kerja keras seluruh elemen masyarakat, mulai dari kepanitian lokal Pamekasan yang berjumlah sekitar 2.000 orang, maupun kepanitiaan dari setiap wilayah. Bahkan dari daerah Tapal Kuda ada sekitar 150 bus yang hadir.
“Kalau dari kepanitian sudah mulai bekerja sejak beberapa bulan yang lalu. Alhamdulillah kami bisa komunikasi cepat karena memiliki ikatan emosional dan persaudaraan,” paparnya.
Tokoh yang akrab disapa Lora Abbas Katandur itu mengutarakan, Raden KH Abdul Hamid dikenal dengan pribadi yang sangat tawadhu dan menjadi teladan keistikamahan. Setiap pukul 02.00 dini hari, biasa membangunkan santrinya untuk menunaikan ibadah salat tahajud.
“Uniknya, KH Abdul Hamid secara bergantian dengan istrinya saling membangunkan, siapa yang bangun duluan dia yang membangunkan untuk salat tahajud,” urai Lora Itsbat Abd Qodir, mewakali keluarga.
Selain itu, keistikamahan KH Abdul Hamid melaksanakan ibadah puasa dengan jangka yang cukup lama terus melekat, ada yang menerangkan 15 tahun diikhtiarkan kepada keluarga besarnya, keturunannya, dan untuk santrinya.
“Pernah suatu saat istri beliau mencuci beras dan berubah menjadi emas, tapi beliau menangis, ya Allah aku tidak meminta ini, aku minta anak keturunan dan santri yang bisa menyebabarkan agamamu, akhirnya berubah lagi menjadi beras,” tuturnya.
Diungkapkannya lagi, khidmat keturuanan Maulana Itsbat untuk bangsa dan negara sudah berlangsung sejak lama, ada yang memilih dari organisasi kemasyarakatan (ormas) dan ada yang melalui penyelenggaraan pendidikan pesantren, bahkan sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia (RI) diraih.
“Perjuangan ini merupakan keteladanan dari Maulana Itsbat, yang diteruskan oleh putra-putra beliau, di antaranya yaitu shohibul haul Kiai Abdul Hamid. Bahkan ada yang bilang begini; puasa yang dijalankan tidak hanya untuk keturunan dan santrinya, tetapi genap 20 tahun, 5 tahun untuk nusa dan bangsa , itulah jiwa beliau, makanya para penerusnya berjuang dari berbagai cara,” tegasnya.
Dia berharap keturunan KH Abdul Hamid dan KH Istbat untuk terus menjaga kekompakan dan terus istikamah memperjuangkan kebaikan untuk bangsa dan negara.
Sementara itu, Feri Mei Efendi, salah seorang alumni Pesantren Banyuany asal Kalimantan Timur menyampaikan, pelaksanaan haul yang biasa dilakukan setiap tahun sangat luar biasa. Hal itu tidak lepas dari ketokohan KH Abdul Hamid bin Istbat dalam berdedikasi kepada ummat, di mana PP Banyuanyar sudah berdiri ratusan tahun dan sudah mampu mempersatukan masyarakat Madura se-Indonesia, bahkan seluruh dunia.
“Para sesepuh kita sudah menjadi perekat kami, khususnya di luar Pulau Madura, seperti saya yang berada di Kalimantan Timur,” ungkap pria yang aktif sebagai komisioner KPU Penajam Paser Utara tersebut.
Pewarta: Khoyrul Umam Syarif
Redaktur: Wawan A. Husna