Menengok Tekad Suparto Lestarikan Kesenian Tradisional Pamekasan

KABARMADURA.ID | Di usianya yang sudah menginjak 70 tahun, Suparto masih aktif di bidang kesenian. Dia berpandangan, kesenian merupakan keindahan yang bisa memberikan manfaat bagi semua orang. Meski sudah tidak muda lagi, dia berkomitmen untuk tetap menggeluti dunia seni.

 

SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN

 

Diketahui, Parto mulai aktif di dunia seni dari kelas 4 SD. Kesenian yang ditekuninya yaitu karawitan, ludruk, sandur, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, dia mulai meniti karir di dunia kesenian. Berbagai acara kesenian dihadirinya.

 

Parto mengaku, kecintaannya terhadap seni tradisional dikarenakan lingkungan di sekitar. Baik dari lingkungan keluarga dan lingkungan tempat yang ditinggali.

 

“Kebetulan mbahnya saya aktif di seni tradisional, jadi kadang saya ikut pentas. Ditambah, di lingkungan saya dulu tinggal sering mengadakan pentas-pentas seni seperti karawitan,” terang Parto kepada Kabar Madura, Kamis (20/10/2022).

Baca Juga:  Disdikbud Sumenep Uji Pengetahuan Agama dan Umum Siswa SD melalui ISCo

 

Semua jenis tari sudah dilakoninya; seperti seni tari, musik, peran, ataupun rupa. Bahkan, di tahun 1970-an, dia dipercaya menjadi bagian tim kesenian Pamekasan untuk pentas ke taman Ismail Marzuki Jakarta. Dia mengaku sangat senang waktu itu, sebab bisa berperan sebagai penari ronggeng dalam pementasan.

Banner Iklan Lowongan Kerja

 

Aktifnya Parto di dunia seni tradisional bukan tanpa alasan. Selain karena sudah tertanam sejak kecil, dia ingin membuat seni tradisional tetap bertahan dan berkembang dari masa ke masa, seperti seni sandur salah satunya. Menurutnya, seni sandur tersebut merupakan kesenian yang harus dilestarikan. Karena di dalamnya memuat unsur-unsur budaya Madura yang harus diketahui oleh semua orang, terlebih anak muda.

 

Untuk terus melestarikan kesenian tradisional, pada tahun 1994 dia mendirikan sanggar seni budaya. Sanggar tersebut ia beri nama Mekkas Laras dengan harapan bisa mewadahi anak muda di Pamekasan bebas berkesenian. Tidak mudah memang dalam menjalankan misinya tersebut. Namun, dia tetap memilih kesenian sebagai jalan melestarikan seni dan budaya tradisional.

Baca Juga:  Kisah Anak Penjual Keripik Juara Akuntansi, Pintar Bagi Waktu antara Belajar dan Bantu Orang Tua

 

Parto menyadari, secara finansial, menjadi seniman memang tidak menjanjikan. Akan tetapi, ada prinsip yang tetap ia pegang hingga sekarang. Baginya, dia tidak ingin mencari kehidupan dari kesenian. Justru dia ingin memberikan kehidupan terhadap kesenian itu sendiri, terutama di seni tradisional. Maka tak heran, apabila dari kelas 4 SD hingga sekarang dirinya masih tetap berkesan.

 

“Rencana berhenti dari kesenian memang ada, apalagi di usia yang sekarang. Tapi tetap saja tidak bisa, namanya juga sudah tertanam dari kecil,” terang laki-laki kelahiran tahun 1952 itu.

 

Redaktur: Muhammad Aufal Fresky

Banner Kabar Sastra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *