KABARMADURA.ID | Tidak ada kata telat untuk membangun usaha, begitu yang diyakini Bakti Iriawan, salah satu pelaku bisnis apparel di Pamekasan. Inisiatif merintis usaha tersebut berawal dari kegiatan studi banding ke Kota Bandung pada tahun 2004. Waktu itu, ia melihat potensi bisnis tersebut memiliki peluang besar apabila dirintis di kota berjuluk Gerbang Salam ini. Namun, inisiatif itu harus ia simpan sebab masih harus menyelesaikan kuliahnya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Bakti menceritakan, niatnya membuka usaha apparel itu terwujud pada tahun 2020. Sebelumnya, ia harus menuntaskan studinya. Kemudian, dia juga mematangkan tekad dan konsepnya untuk membangun bisnisnya itu agar sesuai harapannya.
Awalnya, produk usahanya itu hanya diletakkan di ruang tamu kecil. Sembari berjalan, sambil lalu dikembangkan. Alhasil, pada tahun 2022, dia sudah bisa membuka di distro yang berlokasi di jalan Balai Kembang No. 7 B Pamekasan. Meski usahanya dirintis pada masa pandemi Covid-19, Bakti tetap optimis terhadap capaian bisnisnya itu. Sebab, ia melihat fashion muda-mudi di Pamekasan cukup tinggi. Menurutnya, masyarakat Pamekasan banyak lebih mengerti tentang merek dan gaya berpakaian.
“Saya melihat usaha ini memiliki potensi besar, jadi saya yakin meskipun sedikit terlambat. Saya merintis usaha ini saat pandemi Covid-19, tapi tidak begitu berpengaruh juga. Karena, saya juga melakukan penjualan secara online,” terangnya.
Diakuinya, pembeli melonjak ketika memasuki bulan Ramadan. Bahkan, dirinya menyediakan beberapa brand jauh-jauh hari untuk ketersediaan stok. Menurutnya, menjaga kualitas brand adalah poin utama dalam memajukan usahanya tersebut. Selain menjaga kualitas, dirinya juga memperhatikan harga yang dipasang.
Menurutnya, sebagian penentu dari laku tidaknya terhadap suatu produk dalam berbisnis, bisa dilihat dari sasaran penjualan pasar. Maka, tidak heran apabila harga yang dipatok dengan harga Rp100 ribu sampai Rp500 ribu.
“Kami juga melihat market di Pamekasan, dan kami pasang harga di bawah Rp500 ribu. Karena itu masih wajar di sini. Kalau pasang harga Rp1 juta ke atas, takutnya tidak ada yang beli,” ungkap pria yang beralamat di Jalan Jagalan Nomor 58 tersebut.
Bakti mengungkapkan, dirinya telah mengalami penipuan dua kali saat baru merintis usahanya. Kerugian yang dialaminya mencapai Rp1 sampai Rp2 juta rupiah. Ia menceritakan, saat itu, dia telah melakukan transaksi pembelian barang pada salah satu brand, namun barang yang dipesannya tidak dikirim. Kejadian tersebut, menjadi pecut semangat baginya untuk terus melakukan pembenahan. Sekaligus menjadi motivasi untuk mengembangkan usahanya tersebut.
Kegigihan Bakti dalam menjalankan bisnisnya perlahan membuahkan hasil. Dirinya kini juga menyediakan jersey, baik untuk komunitas ataupun para pendukung klub sepak bola. “Kebetulan kami juga produksi jersey, jadi omsetnya sekitar 25-30 juta perbulan. Kalau hanya penjualan barang-barang di distro sekitar 15-20 juta perbulan,” ungkap pemilik distro Sunday Morning itu.
Redaktur: Moh Hasanuddin