KABARMADURA.ID | Bermula dari ekstrakurikuler sekolah, Generasi Tari (GenTa) kini bermetamorfosis menjadi komunitas seni di Kabupaten Pamekasan. Keberadaan komunitas ini sudah menginjak 7 tahun, sejak berdiri pada 9 Desember 2015 lalu.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Pendiri sekaligus ketua GenTa yakni Budi Hartomo Sapta Whardana. Dia mengatakan, didirikannya komunitas tersebut untuk menjaga generasi tari di Bumi Ratu Pamelingan, utamanya, pada kesenian tari topeng. Sebab menurutnya, tari adalah sebuah identitas yang harus tetap dilestarikan, seperti topeng getak dan ronggeng.
“Awalnya ini ekstrakurikuler di sekolah. Karena banyak mendapatkan penghargaan di mana-mana, maka GenTa ini berkembang menjadi komunitas kesenian secara umum,” terangnya kepada Kabar Madura, Minggu (19/3/2023).
Budi itu mengaku, dirinya tidak hanya mengajar, akan tetapi mendidik bagaimana caranya anak muda bisa mencintai sepenuh hati terhadap kesenian tari. Budi menyadari, tidak mudah dalam mendidik anak muda untuk menanamkan rasa cinta kepada seni, khususnya tari. Kendati demikian, dia tetap berkomitmen untuk melahirkan generasi tari di Pamekasan.
Alasannya, bukan karena sedikitnya bibit-bibit baru penari di Pamekasan. Melainkan sedikitnya anak muda yang benar-benar mencintai tari dengan sungguh-sungguh. Dijelaskannya, dewasa ini, anak muda yang terjun di dunia tari lantaran memiliki keinginan tertentu, tidak sepenuhnya dari hati. Hal itulah yang ia coba hilangkan melalui adanya GenTa. Ia berharap, lahirnya GenTa bisa melahirkan generasi tari yang cinta dan melestarikan tari
Selama 7 tahun berkarir, GenTa telah mendapatkan beberapa penghargaan yang bergengsi, diantaranya masuk 15 besar pada event international mask festival 2020 lalu. Sementara pada 2021, GenTa juga berkesempatan pentas pada event yang sama, yang diselenggarakan oleh Galeri Indonesia Kaya.
“Kami selalu menekankan kepada anak-anak GenTa, mau atau tidak. Karena kalau sudah mau, dia pasti punya semangat. Menari itu enak, hanya mengandalkan skill, untungnya bisa jalan ke mana-mana,” teranngnya.
Redaktur: Moh. Hasanuddin