KABARMADURA.ID | Pengabdian tidak mengenal usia. Tidak pula mengenal kasta. Ia mengalir begitu saja dari jiwa-jiwa orang yang ikhlas. Kalimat ini tidak berlebihan jika disematkan pada Mas’adah. Mas’adah, dengan ketulusan dan ketawaduannya berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU) hingga saat ini. Perempuan asal Pamekasan yang lahir pada 1942 tersebut, diketahui mengabdi untuk NU sudah 62 tahun lamanya sejak 1960. Melalui keaktifannya sebagai anggota Muslimat NU, Mas’adah mengabdikan dirinya untuk mendapatkan syafaat dan ketenangan hidup.
SAFIRA NUR LAILY, PAMEKASAN
Pengabdian Mas’adah sebagai kader NU diawalinya dengan menjadi anggota Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) pada 1960. Sejak saat itulah, ia terus aktif di berbagai macam kegiatan NU, baik ranting, cabang, hingga kegiatan tingkat nasional sampai saat ini. Ibu dengan enam anak itu mengaku, dirinya sangat senang apabila mengikuti kegiatan NU seperti, muslimatan dan lain sebagainya. Menurutnya, dengan aktif di berbagai kegiatan, dirinya bisa bersilaturahmi. Ia juga mengaku ada kesenangan tersendiri ketika mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
“Salah satu cara berbakti di NU adalah dengan cara mengikuti kegiatan ke-NU-an. Selain bisa bersilaturahmi, juga mengharap syafaat dari K. Hasyim Asy’ari. Bukan mengharap gaji, tapi barokah. Langsung Jhembhar ateh,” terangnya kepada Kabar Madura, Kamis (2/2/2023).
Perempuan asal Dusun Karang Dalam, Desa Pademawu Barat itu mengaku, pernah menjabat sebagai ketua Muslimat NU Pademawu Barat, penasehat pimpinan anak cabang (PAC) Pademawu, Ketua Muslimat Sumedengan, serta sebagai pendidikan kader penggerak NU (PKPNU) angkatan 10. Selain itu, di usia senjanya kini, Mas’adah selalu mendapat kepercayaan untuk memimpin pengajian atau kegiatan ubudiyah lainnya.
Dulu, kata Mas’adah, untuk mengikuti kegiatan ke-NU-an harus berjalan puluhan kilometer. Tidak semudah seperti sekarang. Sebab, kata dia, saat itu akses transportasi umum atau kendaraan pribadi sangat minim. Selain itu, ia juga harus menggendong sang anak agar tidak rewel. Kondisi itu tentu tidak menyurutkan semangatnya.
Lebih lanjut, Mas’adah mengatakan, dirinya akan mengikuti peringatan satu abad NU yang akan diselenggarakan di Stadion Deltras Sidoarjo pada 7 Februari mendatang. Ia sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti acara organisasi keislaman yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari itu bersama jutaan nahdliyin lainnya.
Selain akan menghadiri perayaan satu abad NU, ia mengungkapkan, pernah menghadiri perayaan hari lahir Muslimat di Jakarta beberapa tahun lalu, apel akbar di Gresik, dan Mujahadah di Ponorogo. Baginya, selama badannya masih mampu berjalan dan sehat, ia akan tetap mengikuti seluruh aktivitas yang menyangkut tentang NU. Ia akan marah pada keluarganya apabila tidak ada yang memberi tahu tentang kegiatan NU.
“Saya merasa sehat ketika mendengar ada kegiatan NU. Saya harapkan kepada semua generasi untuk selalu menjaga perbedaan. Tidak saling bertengkar hanya gara-gara beda paham atau keyakinan,” ungkap perempuan kelahiran 1942 itu.
Redaktur: Moh. Hasanuddin