Mewaspadai Pasukan Politik Udara

Opini130 views
Banner Iklan

Oleh: Ali Wafa*)

Sempat terpikir bahwa hadirnya media sosial bisa menjadi arena yang memungkinkan hajatan politik elektoral (pemilu) dapat berjalan lebih baik.

Banner Iklan

Arena demokrasi dapat semakin kompetitif di mana suara-suara semakin mendapatkan tempat yang lebih baik. Sebab, media sosial menjadi begitu inklusif dan mudah (juga murah) diakses oleh publik. Tidak seperti media konvensional yang dikuasai oleh elit atau korporasi tertentu, media sosial dimiliki oleh siapa pun.

Di bawah kondisi ini, harapannya adalah suara yang lebih independen mendapatkan tempat yang lebih baik untuk kebaikan demokrasi.

Tapi cara berpikir seperti itu rupanya naif belaka. Kenyataannya kita semakin tak bisa menghindari fakta sisi lain – sisi gelap – dari hadirnya media sosial. Polanya semakin kentara di mana pihak-pihak tertentu menggunakan arena media sosial untuk memobilisasi opini publik.

Apa yang hari ini kita kenal sebagai para ‘buzzer’ politik, itulah persisnya yang patut kita waspadai. Sebab, meskipun mereka bermanuver di udara, tapi dengan mobilisasi yang masif, dengan kuantitas yang besar, mereka mampu memainkan dan menyebarkan isu-isu politik tertentu.

Hembusan Informasi Buzzer

Salah satu yang patut kita waspadai dari para pasukan politik udara ini (atau para buzzer politik) target mereka adalah memainkan informasi sesuai kepentingan mereka sehingga tak peduli apakah itu menyesatkan publik. Medium yang dipergunakan disesuaikan dengan media-media tertentu yang gandrung dipakai oleh publik umum di berbagai daerah. Boleh dalam wujud facebook, twitter, instagram, dan tiktok.

Baca Juga:  Polres Pamekasan Tangkap 3 Tersangka Pengebom Rumah Ketua KPPS, Motifnya Terungkap!

Paling tidak ada beberapa hal yang harus diwaspadai. Pertama, pasukan politik udara (buzzer) ini tidak bergerak secara natural, tidak bergerak atas nama kepentingan ‘murni’ kebaikan demokrasi. Umumnya mereka digerakkan oleh suatu kepentingan pihak tertentu. Ada jaringan politik tertentu yang menggerakkan mereka lewat ongkos politik yang tidak kecil.

Siapa yang menggerakkan? Tentu saja jaringan politik itu tak bisa ditebak begitu mudah. Tapi kita bisa menduga-duga dengan memperhatikan konten-konten yang dimainkan dan memperhatikan subjek atau sosok yang dimunculkan di situ.

Kedua, jaringan pasukan politik ini – lantaran digerakkan oleh pihak lain, bukan atas kehendak dirinya – maka sudah tentu seluruh pergerakannya – isu dan konten yang dimainkan – dikoordinasi sedemikian mungkin sesuai kepentingan si pemesan. Sehingga pada titik ini, apa yang bisa diharapkan oleh pasukan yang ‘dibayar’ oleh pihak tertentu dan demi kepentingan politik tertentu?

Lebih jauh, jika irama pergerakan mereka menyesuaikan kepentingan si pemesan, maka informasi yang tersebar sudah tentu tidak bisa lagi kita terima sebagaimana adanya. Informasi itu mesti kita telaah – kalau bukan kita abaikan. Masalahnya publik – dengan sedikit pemahaman soal ini – bisa saja terjebak pada informasi itu, mempercayainya dan tergerak untuk menyebarkannya.

Dengan kecilnya kesadaran politik, minimnya pengetahuan politik, atau polos dan naifnya dalam politik, maka mereka bisa menjadi korban dari informasi-informasi politik yang dimainkan di udara oleh para pasukan buzzer.

Baca Juga:  Membedah Sanksi Kasus Pelecehan dan Plagiarisme di IAIN Madura

Penyesatan Publik dan Polarisasi

Dari sekian masalah lainnya adalah pasukan politik udara ini tak segan-segan memainkan pembusukan atas rival politik tertentu. Ada banyak tujuan, tapi salah satu yang paling mungkin adalah upaya tersebut dilakukan guna untuk mendelegitamasi politik rivalnya. Isu menjadi senjata utama pasukan udara ini.

Memenangkan isu politik di udara atau arus informasi adalah salah satu target utamanya. Publik yang termakan isu – atau tidak cermat melakukan verifikasi – bisa saja mudah terjebak dalam ketersesatan informasi yang dimainkan.

Tentu kita tak berbicara satu arah, sebab rival politik yang diserang oleh pasukan politik tertentu bukan tidak mungkin melakukan pertahanan atau serangan balik lewat cara dan strategi yang sama melalui serangan politik udara. Apa yang terjadi adalah pertarungan antar pihak tertentu lewat perang informasi di udara. Dalam gelap udara yang diselimuti oleh arus pertarungan isu (informasi) yang dimainkan oleh masing-masing pihak berkepentingan, maka yang terjadi adalah kebingungan mengenai informasi mana yang layak jadi sandaran informasi publik.

Petaka yang lebih jauh adalah pertarungan informasi ini bisa mengakibatkan polarisasi di masyarakat. Politik bisa membelah mereka ke dalam kepingan-kepingan atau sekat-sekat politik, bahkan bisa jadi permusuhan atau ketegangan yang terjadi di masyarakat.

Upaya minimal yang bisa kita lakukan sebagai publik awam adalah berusaha hati-hati dan selalu berusaha untuk kritis di dalam memverifikasi informasi di tahun-tahun politik.

*) Pegiat sosial politik & pecinta musik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *