Miliki kekhasan Madura, Musik Tong-tong selalu Ditampilkan di Berbagai Kegiatan

News233 views

KABARMADURA.ID | SUMENEP-Salah satu alasan musik Tong-tong,  atau biasa disebut Ul-daul, disebut menarik, karena kerap dihadirkan di banyak momentum.

Kesenian asli asal Sumenep ini, selain disajikan di event khusus seperti harjad Sumenep, permainan alat musik tradisional ini memang kerap jadi jamuan atau hiburan masyarakat pada setiap momentum. 

Bupati Sumenep H. Achmad Fauzi Wongsojudo mengatakan, musik tersebut sudah dilegalkan menjadi salah warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.

“Apalagi yang memainkan musik Tong-tong ini kan bisa dari seluruh kalangan, mulai anak-anak, remaja hingga orang dewasa, itu cerminan perpaduan antarusia untuk menghasilkan karya yang indah,” ujar Cak Fauzi. 

Politisi muda PDI Perjuangan itu juga mengatakan, yang menggemari musik tersebut juga lintas usia, sehingga tidak salah jika dijadikan salah satu yang dilibatkan memeriahkan harjad Sumenep setiap tahunnya. 

Bahkan, pada momentum tertentu, musik Tong-tong selalu ambil bagian untuk menghibur masyarakat. Pada masa bulan suci Ramadan, musik Tongtong juga nyaris ada di setiap wilayah di Sumenep, diperagakan di malam hari sampai menjelang sahur. Masyarakat begitu tertarik menontonnya. 

“Saat momentum nyare malem di setiap bazar takjil juga pasti ada musik Tong-tong yang menjadi hiburan masyarakat,” paparnya.

Musik Tongtong atau Ul-daul, secara perlahan semakin dikenal dan digandrungi oleh masyarakat setempat. Sepintas, mungkin tidak ada yang menarik dari pertunjukan musik yang satu ini, namun apabila ditelisik lebih mendalam, maka akan semakin terlihat keunikannya daripada  seni musik pertunjukan lainnya.

Sehingga selain untuk hiburan dan event-event tertentu, musik Tong-tong juga sering digunakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep untuk ditampilkan setiap ada kegiatan, seperti penyambutan tamu penting dari luar daerah.  

Penonton dan tamu akan dihibur dengan musik yang terbuat dari bambu. Rata-rata personelnya kurang lebih 20 orang. Sehingga keunikan itu menjadikan musik Tongtong sebagai musik khas Kota Keris ini. 

Suami Nia Kurnia Fauzi itu juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian budaya warisan leluhur Sumenep dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu kebanggaan. 

“Upaya melestarikan budaya warisan leluhur Sumenep ini bukan hanya tugas pemerintah daerah, tapi masyarakat juga perlu ikut serta untuk menghadapi berbagai kondisi perkembangan zaman,” pungkasnya.

Pewarta: Moh. Razin

Redaktur: Wawan A. Husna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *